HARIAN DISWAY - Pengalaman Freddy Su setidaknya membuktikan begitu. "Saya pernah ditipu oleh orang yang saya bantu hingga membuat dia kaya raya, tetapi ternyata setelahnya justru saya yang malah diterkamnya," kata pembawa acara yang fasih berbahasa Mandarin itu.
Dari situ Freddy sadar, jangankan dengan orang yang baru dikenal, dengan orang yang telah lama dikenal pun kita masih sering luput menilai. "Wajah dan penampilan bisa membuat kita terkecoh dengan isi hati yang sesungguhnya," ujar pria yang bekerja sebagai penyiar di radio Mandarin Stasion 98,3 FM tersebut.
Makanya, Freddy mengamini ungkapan klasik Tiongkok "知人知面不知心" (zhī rén zhī miàn bù zhī xīn). Yang arti harfiahnya: tahu orangnya, tahu mukanya, namun tidak tahu hatinya.
Ya, sebagaimana diingatkan pepatah yang disadur dari kitab historis Xin Tangshu (新唐书), "人心叵测" (rén xīn pǒ cè): hati manusia sulit sekali diterka. Saking jelimetnya, penyair besar dinasti Song Su Shi alias Su Dongpo (1037–1101) sampai-sampai bilang begini.
"Ruwetnya untuk tahu apa yang aslinya ada pada hati manusia, laut pun tak mampu melukiskan kedalamannya, lembah pun tak sepadan dengan bahayanya, awan pun kalah cepat perubahannya" (人之难知,江海不足以喻其深,山谷不足以配其险,浮云不足以比其变 rén zhī nán zhī, jiāng hǎi bù zú yǐ yù qí shēn, shān gǔ bù zú yǐ pèi qí xiǎn, fú yún bù zú yǐ bǐ qí biàn).
Barangkali itulah mengapa fisiognomi, ilmu yang berusaha mengetahui karakter manusia dari wajahnya, dan frenologi, ilmu yang mencoba mencari hubungan antara bentuk kepala manusia dengan perangainya, belakangan dikategorikan sebagai pseudosains belaka. (*)