HARIAN DISWAY - Indonesia tercatat pernah memiliki kurang lebih 811.636 kasus positif malaria pada tahun 2021.
Malaria ini menjadi salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles yang membawa parasit dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Menurut Plh. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI dr. Hellen Dwi Prameswari, Indonesia menjadi penyumbang kasus malaria terbanyak kedua di Asia setelah India.
Ia mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari sembilan negara endemik malaria di Asia Tenggara.
BACA JUGA:Mengenal Nyamuk Anopheles Penyebab Malaria
“Indonesia merupakan salah satu sembilan negara endemik malaria di wilayah Asia Tenggara yang menyumbang sekitar 2% dari beban negara malaria secara global,” ucapnya.
Namun, pada tahun 2023 kasus malaria di Indonesia sempat menurun hingga angka 418.546 kasus.
Hal tersebut dikarenakan sebanyak 389 kabupaten/kota telah melakukan eliminasi malaria dan berhasil mencapai target yang ditentukan.
Meski mengalami penurunan kasus positif dan peningkatan pemeriksaan, target nasional Positivity Rate nya masih belum tercapai.
BACA JUGA:Indonesia Jadi Salah Satu Negara Dengan Endemik DBD Tertinggi, WHO Sarankan Sejumlah Langkah
“Perlu peningkatan penemuan kasus baik aktif dan pasif di daerah endemis maupun di daerah bebas malaria yang berisiko,” jelas Hellen.
Oleh karena itu, Kemenkes melalui P2PM berbagi cara agar mencegah dan mengendalikan malaria dengan upaya pengendalian vektor serta penatalaksanaan kasus malaria yang tepat.
Kemenkes menyampaikan bahwa upaya tersebut ada tiga yang bisa dilaksanakan masyarakat dan pemerintah bersama-sama.
Upaya pertama yang bisa dilakukan yaitu dengan membersihkan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk dengan cara melancarkan saluran air agar tidak tergenang, mengeringkan air yang tergenang, serta membersihkan lumut pada mata air dan danau.