Selain itu, keuntungan lain jika ide ini terealisasikan adalah dapat memperluas peluang ekonomi melalui produksi kilang biofuel Pertamina.
"Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah penciptaan nilai ekonomi melalui kapasitas produksi kilang-kilang biofuel Pertamina, diestimasikan bahwa penjualan SAF secara domestik dan ekspor dapat menciptakan keuntungan lebih dari Rp 12 triliun per tahunnya," tulis Luhut.
Pengembangan industri SAF melalui inovasi-inovasi seperti ini bisa membuka pintu investasi kilang biofuel dari swasta maupun BUMN.
Menurut Luhut, ide mengubah minyak jelantah menjadi bahan bakar penerbangan ini bisa menjadi solusi efektif untuk mendukung masa depan penerbangan Indonesia yang ramah lingkungan.
"Sehingga upaya menciptakan Bahan Bakar Aviasi Ramah Lingkungan (SAF) ini bukan hanya menjadi inovasi semata, melainkan suatu komitmen dalam upaya mengurangi emisi karbon global," tulisnya.
Luhut menargetkan ide SAF ini bisa direalisasikan tepat pada gelaran Bali Air Show September 2024 mendatang. (*)
Mochammad Alwi Hidayat, Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, peserta Magang MBKM Harian Disway.