HARIAN DISWAY - Setiap tanggal 6 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Bung Karno, sang Proklamator Kemerdekaan. Sosoknya yang visioner dan penuh semangat telah mengantarkan Indonesia pada kemerdekaannya dan menjadikannya presiden pertama selama 22 tahun, sejak tahun 1945 hingga 1967.
ANDA SUDAH TAHU, nama Soekarno dari Bung Karno merupakan pengaruh bahasa Belanda pada masa penjajahan Belanda kala itu. Setelah Indonesia merdeka, ejaan Soekarno berganti menjadi Sukarno, sesuai dengan ejaan nama aslinya dari Bahasa Jawa.
Sebelum membahas terkait perjuangan Sukarno untuk Indonesia, kita akan mengulik lebih dalam biografi Ir. Sukarno, sebagai berikut.
BACA JUGA:Dialog Hari Pancasila, Cucu Presiden Soekarno Peringatkan Bahaya Amnesia Sejarah
Biografi Ir. Sukarno
Biografi Ir. Sukarno. --
Ir. Sukarno atau yang akrab dipanggil Bung Karno, lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama kecil Kusno Sosrodihardjo, dan wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta. Ia adalah putra dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Karena sering sakit-sakitan, Sukarno kecil diasuh oleh kakaknya, Raden Hardjodikromo, di Tulungagung. Pada tahun 1909, ia kembali ke Mojokerto untuk tinggal bersama orang tuanya. Di Mojokerto, ayahnya menjadi kepala Eerste Inlandse School, tempat Sukarno bersekolah. Untuk mengatasi penyakitnya, namanya diubah dari Kusno menjadi Sukarno.
Sejak kecil, Sukarno menunjukkan prestasi yang luar biasa dan menguasai banyak bahasa. Itu yang menjadikannya tokoh dikenal secara internasional.
BACA JUGA:Menilik Tempat Beristirahat Soekarno di Puri Tampaksiring bersama Orang Tuanya
Pada tahun 1911, Sukarno pindah ke ELS. Setara dengan Sekolah Dasar (SD), untuk mempersiapkan dirinya masuk Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Setelah lulus dari ELS pada tahun 1915, ia tinggal di rumah sahabat ayahnya, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, pendiri Serikat Islam. Di sinilah, Sukarno mulai mengenal dunia perjuangan yang kemudian membentuk semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Di kediaman Cokroaminoto, Sukarno banyak belajar politik dan berlatih pidato. Ia juga berinteraksi dengan tokoh-tokoh terkemuka seperti Dr. Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara, yang merupakan pemimpin National Indische Partij saat itu.
BACA JUGA:Kesan Puti Guntur Soekarno Melihat Rumah Kelahiran Sang Kakek, Bakal Sumbang Koleksi Keluarga
Setelah menyelesaikan pendidikan di HBS pada tahun 1921, Sukarno pindah ke Bandung untuk melanjutkan studi di Technische Hooge School (THS), yang sekarang dikenal sebagai ITB, di jurusan teknik sipil. Ia meraih gelar insinyur pada 25 Mei 1926, dan diwisuda pada Dies Natalis ITB yang ke-61 pada 3 Juli 1926. Prof. Jacob Clay, ketua fakultas, mengungkapkan kebanggaannya karena ada tiga insinyur asal Jawa, yaitu Sukarno, Anwari, dan Soetedjo, yang lulus pada saat itu.
Dalam kehidupan pribadinya, Sukarno menikahi beberapa perempuan, yakni Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Kartini Manopo, Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar. Dan dari pernikahan tersebut, Sukarno dikaruniai 11 anak.