HARIAN DISWAY – Di balik gemerlapnya perkotaan dan hijaunya alam Tulungagung, Jawa Timur, terselip sebuah sungai yang memiliki peran penting dalam mengendalikan banjir dan menjadi saksi bisu sejarah panjang Indonesia.
Namanya Sungai Niyama. Nama yang mungkin tak seterkenal sungai-sungai besar di Indonesia. Namun, keberadaan Sungai Niyama tak boleh diabaikan begitu saja jarena memiliki cerita menarik yang berakar dari masa lalu.
Jejak Sejarah yang Mengalir
Nama Niyama dipercayai berasal dari bahasa Jepang yang berarti gunung akar. Tentara Jepang menyebut bukit yang dilalui oleh Sungai Niyama dengan nama Tumpak Oyot atau dalam bahasa Jawa disebut bukit akar.
BACA JUGA: Wisata Sejarah Warisan Budaya (Kolonial): Diajak Menuju Lorong Waktu
Berbicara tentang asal-usulnya, sungai ini memiliki keterkaitan erat dengan masa penjajahan Jepang di Indonesia. Sungai ini tak hanya memberikan sumbangan air bersih bagi kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar.
Tetapi juga menyimpan sejarah yang kental. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya selama Perang Dunia II, sungai-sungai di berbagai wilayah Indonesia diatur dan dimanfaatkan untuk kepentingan infrastruktur, termasuk pengendalian banjir.
Sungai dan terowongan Niyama pun tidak luput dari perhatian tersebut. Terowongan Niyama mulai dibangun pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dengan sistem romusha pada Februari 1943.
BACA JUGA: Risma Jelaskan Program Kewirausahaan di Pesantren Al Manshur Tulungagung
Hal ini dilatarbelakangi luapan banjir dari Sungai Brantas tepatnya pada 17 November 1942, yang mengakibatkan banjir yang merendam 150 desa, 9.000 rumah, serta area pertanian yang luas.
Dengan panjang 1.500 meter dan lebar 15 meter, terowongan ini menjadi saluran air alternatif yang mampu mengalirkan air Sungai Brantas dan Parit Agung ke laut selatan, meminimalisir risiko luapan air yang berakibat fatal.
Sistem Pengendalian Banjir yang Berbasis Kearifan Lokal
Salah satu hal yang menarik dari Sungai Niyama adalah bagaimana sistem pengendalian banjirnya tetap relevan hingga saat ini. Meskipun beberapa kali renovasi dan pemeliharaan, prinsip-prinsip dasar yang diterapkan mengikuti filosofi keberlanjutan.
Salah satu hal yang menarik dari Sungai Niyama adalah bagaimana sistem pengendalian banjirnya tetap relevan hingga saat ini. --Dreamstime
BACA JUGA: Santai di Antara Jejak Kolonial Kampoeng Heritage Kajoetangan
Ditanamkan oleh para insinyur Jepang pada masa itu. Pengaturan aliran sungai, pembangunan tanggul, serta penanaman vegetasi di sekitar sungai menjadi bagian dari sistem yang terus dipelihara oleh pemerintah daerah setempat.