JAKARTA, HARIAN DISWAY - Pada usianya ke-497, Jakarta di titik transisi. Bergerak meninggalkan status sebagai ibu kota negara Republik Indonesia. Bergeser ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Bertransformasi sebagai kota global. Bersaksi atas hal itu, perupa Jakarta dan Yogyakarta berkarya dalam Bergerak.
Keresahan atas ”hilangnya" status Jakarta sebagai ibu kota negara direspons Handoyo dalam karya surealis berjudul Urbanisme Jakarta. Karya 2023 yang digarap dengan medium akrilik pada kanvas berukuran 150x100 cm itu sangat simbolik.
Digambarkan mata langit meneteskan air mata biru. Cucurannya membanjiri cawan Monas yang diangkat susah payah oleh seseorang berkulit kayu cokelat, berkepala kecil, bertangan besar, dan berkaki besar.
BACA JUGA: Event ART DIWARNA 2024, Gemilang Berkarya, Kami Berbudaya
Berlatar belakang cakrawala membentang. Bagian bawahnya terhampar gradasi cokelat kehitaman seperti lahan bekas hutan berhektar-hektar. Bagian atas bentangan putih bergradasi kebiruan. Api Monas yang keemasan itu menjerit ke langit. Batang tubuhnya melengkung ke kiri. Di sebagiannya sisinya memantulkan cahaya matahari.
Beberapa pengunjung yang menatap lukisan itu berakhir dengan senyum kecut. Sebagian tidak menghela napas. Kepindahan ibu kota negara memang keputusan politik penguasa, dengan berbagai dalihnya. Melibatkan dukungan "pasukan gajah" berbendera politik, sampai asing.
Karya Alex Luthfi Rachman pada medium aluminium berukuran 90x65 cm. --Yusuf Susilo Hartono
Tak hanya Handoyo, 11 pelukis yang lain membawa isu senada. Ada Alex Luthfi Rachman, Nasirun, Mas Padhik, Agus Bakul Purnomo, Totok Buchori, Alya Nushabarina Samadikun, Anugerah Eko Triwahyono, Gogor Purwoko, Sahat Simatupang, Kembang Sepatu (Setyo Purnomo), dan Yaksa Agus.
BACA JUGA: Kenapa Mesti tentang Chairil Anwar? (1): Semangat Jiwa Petarung
Karya yang dipajang di lobi Gedung Teater Besar TIM Jakarta pada 21-25 Mei 2024 itu mengurai fakta pencopotan "mahkota" ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur yang menyisakan pro kontra.
Didukung Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, pameran diresmikan oleh Rektor Univeritas Jenderal Achmad Yani Prof. Hikmanto Juwana.
Sekeluarga yang tengah menikmati karya-karya Gogor Purwoko dalam pameran Bergerak di lobi Gedung Teater Besar TIM Jakarta. --Yusuf Susilo Hartono
Dengan bergaya relief candi dalam Pasukan Gajah dengan medium akrilik pada kanvas 148x278 cm, alumni ISI Yogyakarta dan Ancol Mas Pandhik melukis salah satu penunggang gajah yang laksana ksatria, sedang memanah.
Sasarannya tidak tampak. Tapi dampaknya, burung putih terbang di antara pilar dan pohon, serta awan yang menjadi latar belakang.
Lukisan Mas Pandhik bergaya relief candi berjudul Pasukan Gajah dengan medium akrilik pada kanvas 148x278 cm.--Yusuf Susilo Hartono