Namun, ada juga pandangan yang menyoroti dampak negatif dari kebijakan naturalisasi terhadap sepak bola lokal:
1. Penciptaan Blokade: Naturalisasi dapat menghambat perkembangan bakat-bakat muda lokal yang berpotensi menjadi bintang masa depan.
Peluang bermain di tim nasional menjadi lebih sempit karena persaingan dengan pemain naturalisasi yang lebih berpengalaman dan berkelas.
Hal ini dapat mengurangi insentif bagi pemain muda untuk mengembangkan bakat mereka secara maksimal.
2. Pentingnya Pengembangan Internal: Fokus pada naturalisasi mungkin mengurangi insentif bagi federasi sepak bola untuk mengembangkan infrastruktur dan program pengembangan bakat internal yang kuat.
Sumber daya dan perhatian mungkin lebih terpusat pada merekrut pemain dari luar negeri daripada membangun fondasi yang solid dari dalam.
BACA JUGA:Profil Rafael Struick, Pemain Naturalisasi yang Dipuji STY Usai Lawan Palestina
3. Identitas dan Keberlanjutan: Naturalisasi juga dapat mempengaruhi identitas tim nasional secara keseluruhan.
Penggemar dan masyarakat lokal mungkin merasa lebih sulit untuk mengidentifikasi diri dengan tim yang didominasi oleh pemain naturalisasi. Hal ini dapat mengurangi ikatan emosional antara tim nasional dan basis fanatik lokal.
Meskipun naturalisasi dapat memberikan keuntungan singkat dalam bentuk prestasi olahraga, penting bagi suatu negara untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara mengakses bakat internasional dan mempertahankan integritas pengembangan bakat lokal.
Regulasi yang cermat dan transparan diperlukan untuk memastikan bahwa naturalisasi tidak mengorbankan potensi jangka panjang dalam pengembangan sepak bola di dalam negeri.
Dalam menghadapi tantangan globalisasi dalam olahraga modern, penting bagi federasi sepak bola untuk mengambil pendekatan yang berimbang antara menjaga daya saing tim nasional dan memberikan kesempatan yang adil bagi pemain lokal untuk berkembang.
Naturalisasi harus dikelola dengan bijak agar tidak menghasilkan efek samping yang merugikan dalam jangka panjang. (*)
Artikel ini ditulis oleh Nanda Ulya Darojat, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, peserta Magang Reguler di Harian Disway