Seri monolog Di Tepi Sejarah punya banyak cerita. Kali ini rangkaian monolog itu telah memasuki seri ketiga. Penulis, sutradara, dan para aktor memiliki kesan tersendiri. Salah satunya Maudy Koesnaedy. Ia bercerita kesan kala memerankan istri Oto Iskandar Dinata.
Di Tepi Sejarah menyajikan monolog para tokoh di tepian sejarah. Tokoh yang mungkin tersisih dari narasi sejarah Indonesia. Namun, keberadaannya pernah berperan penting dalam perjalanan bangsa.
Baik dari sisi perjuangan angkat senjata, berkarya, maupun dari ide-ide atau pemikirannya tentang tanah air. Perilisan antologi naskah dan monolog seri ketiga tersebut digelar di CGV FX Sudirman, Jakarta. pada 28 Juni 2024.
Acara itu dibagi dua sesi. Pertama, menghadirkan para penulis naskah monolog Di Tepi Sejarah. Saya yang menulis naskah Panggil Aku Gombloh saat seri kedua pada 2022 silam, ikut andil dalam sesi pertama tersebut.
BACA JUGA:Monolog ”Panggil Aku Gombloh” oleh Wanggi Hoediyatno; Mewujudkan Asa Sang Legenda Surabaya
Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi naskah dan seri monolog seri ketiga (2): Oto, Tirto, Casparina. Maudy Koesnaedi hadir dalam acara perilisan antologi naskah dan seri monolog musim ketiga. Ia memerankan RA Soekirah, istri Oto Iskandar Di Nata.-Jose Riandi-HARIAN DISWAY
Sedangkan sesi kedua menampilkan para sutradara dan aktor. Kami semua menyampaikan uraian dan paparan tentang tokoh masing-masing, wujudnya dalam bentuk pementasan, serta berbagai makna yang ada di dalamnya.
Dalam tayangan seri ketiga Di Tepi Sejarah, salah satu yang menarik adalah monolog Suamiku Oto dan Bel Pintu.
Naskah yang berkisah tentang pahlawan nasional Oto Iskandar Dinata, tapi dari sudut pandang istrinya, RA Soekirah. Sosok istri Oto tersebut diperankan oleh Maudy Koesnaedy. Naskahnya ditulis oleh sastrawan asal Bandung, Ahda Imran.
BACA JUGA:Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Musim Ketiga (1): Pentaskan Tokoh Di Tepian Sejarah
Bagi Ahda, tradisi culik-menculik para politisi dimulai dari Oto Iskandar Di Nata. "Ada fitnah yang ditujukan pada beliau. Hingga Oto diculik dan jasadnya tidak ditemukan sampai saat ini," ungkapnya.
Kasus tersebut relevansinya melintas ke era selanjutnya. Sampai ke tragedi maraknya penculikan tahun '98. "Tapi sisi menariknya adalah perspektif istri Oto, RA Soekirah. Menjadi istri seorang tokoh besar itulah yang menempa kekuatan RA Soekirah," ungkapnya.
Masa-masa genting revolusi dilaluinya seorang diri seraya menjaga dan mendidik anak-anaknya. Di mata kedua belas putra-putrinya, dia selalu tampak tegar. Tetapi di lubuk hatinya yang paling dalam, RA Soekirah senantiasa berharap bahwa suaminya masih hidup.
BACA JUGA:Persiapan Paskah Paroki Hati Kudus Yesus, Gongnya di Teater Penyaliban Yesus saat Jumat Agung
Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi naskah dan seri monolog seri ketiga (2): Oto, Tirto, Casparina. Happy Salma (kiri) berbincang dengan Putu Fajar Arcana (tengah) dan Maudy Koesnaedi (kanan) berbincang soal monolog Tirto Adhi Soerjo.-Jose Riandi-HARIAN DISWAY
Monolog itu disutradarai langsung oleh cicit Oto Nia Dinata. Sutradara yang juga aktor populer itu menyampaikan pendapatnya melalui tayangan video.