Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Musim Ketiga (1): Pentaskan Tokoh Di Tepian Sejarah

Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Musim Ketiga (1): Pentaskan Tokoh Di Tepian Sejarah

Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Musim Ketiga (1): Pentaskan Tokoh Di Tepian Sejarah. Di Tepi Sejarah. Judul monolog para tokoh di tepian sejarah yang dipentaskan Titimangsa Foundation. Pada 28 Juni 2024 digelar perilisan antol-Jose Riandi-harian disway

Naskah serial monolog Di Tepi Sejarah yang dinaungi Titimangsa Foundation dibukukan. Kumpulan naskah dari sesi 1-3. Sekaligus perilisan 5 tayangan seri 3 monolog tersebut yang akan dimulai sejak awal Juli 2024.

Jakarta diselimuti mendung sejak siang. Sempat turun hujan, meski hanya sebentar. Di tengah riuh kendaraan, macet, dan segala lalu-lalang, saya merasa mendung itu menjadi penyejuk ibu kota yang sumpek. 

Suasana sejuk itu menambah semringah para sastrawan dan pelaku teater yang datang di CGV Cinemas FX Sudirman, Jakarta. Saya, juga mereka, menghadiri perilisan buku kumpulan naskah seri monolog Di Tepi Sejarah. Sekaligus perilisan seri ketiga monolog tersebut, pada 28 Juni 2024. 

Karya-karya penulis dibukukan. Kreasi para sutradara dan aktor dipentaskan. Tentu sebuah kebanggaan. Apalagi yang ditampilkan adalah tokoh-tokoh di tepian sejarah. Yakni tokoh yang mungkin kurang disadari kehadirannya dan tersisih dalam catatan besar sejarah bangsa.

BACA JUGA:Monolog ”Panggil Aku Gombloh” oleh Wanggi Hoediyatno; Mewujudkan Asa Sang Legenda Surabaya


Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Musim Ketiga (1): Pentaskan Tokoh Di Tepian Sejarah. Para penulis Di Tepi Sejarah. Dari kiri ke kanan: Deddy Otara, Guruh Dimas Nugraha, dan Putu Fajar Arcana.-Jose Riandi-HARIAN DISWAY

"Tahun 2024 ini adalah tahun ketiga seri monolog Di Tepi Sejarah. Artinya, sudah ada 14 tokoh Indonesia yang diangkat kisah hidupnya dalam sebuah pementasan," ungkap Happy Salma, produser Titimangsa.

Keempat belas tokoh itu mewarnai sejarah Indonesia dengan kekhususannya masing-masing. Ada yang lewat perjuangan mengangkat senjata, ada yang lewat jalur diplomasi. Ada pula yang dari jalur kesenian. Jalur terakhir itu dua diantaranya dilakukan oleh Gombloh dan Tan Tjeng Bok.

Gombloh, yang saya tulis melalui naskah monolog Panggil Aku Gombloh, berjuang untuk menggelorakan semangat nasionalisme lewat karya. Menyuarakan kepedulian lingkungan dan ketimpangan sosial. Pun, berbuat bagi masyarakat sekitar.

BACA JUGA:Bawa Teater Tari The Wounded Cuts ke Rumah Banjarsari, Whani Dharmawan Refleksikan Pencarian Jati Diri

Sastrawan Agus Noor ketika itu turut andil dalam memasukkan beberapa hal dalam naskah saya. Sutradaranya adalah Joind Bayuwinanda. Sosok Gombloh diperankan oleh Wanggi Hoediyatno, aktor seni pertunjukan asal Bandung.

Pementasan Panggil Aku Gombloh berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, pada 27-28 April 2024. Mengisahkan tentang perjalanan hidup penyanyi bernama asli Soedjarwoto itu.


Titimangsa Di Tepi Sejarah: Antologi Naskah dan Seri Monolog Musim Ketiga (1): Pentaskan Tokoh Di Tepian Sejarah. Penulis biografi Tan Tjeng Bok Deddy Otara ketika menjelaskan karya monolognya berjudul Sudut Terlipat di Panggung Tan Tjeng Bok.-Jose Riandi-HARIAN DISWAY

Mulai dari kepeduliannya terhadap para pekerja malam, masyarakat kecil, hingga perasaan dilema ketika berhadapan dengan dua sisi. Antara idealisme dan kebutuhan untuk keluarga.

BACA JUGA:Persiapan Paskah Paroki Hati Kudus Yesus, Gongnya di Teater Penyaliban Yesus saat Jumat Agung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway