B, tentara yang ditugaskan berada di pasukan reguler termasuk di pusat komando batalion yang beroperasi di Gaza juga menceritakan pengalamannya.
Dia menyebutkan bahwa ketika ada seorang warga sipil maupun pasukan Hamas mendekat, maka mereka diperbolehkan menembak tepat di pusat massa (tubuh) orang tersebut, alih-alih ke udara.
“Diperbolehkan menembak semua orang, seorang gadis muda, seorang wanita tua,” ujarnya.
B juga menceritakan sebuah alasan di balik banyaknya warga sipil yang menjadi korban saat proses evakuasi sebuah sekolah di daerah Zeitoun, Gaza pada November lalu.
Pada saat itu, IDF memerintahkan warga untuk pergi ke arah kiri, bukan ke kanan, tempat para tentara berada. Tanpa pandang bulu, setiap warga yang melakukan kesalahan langsung mendapat sambutan peluru dari para IDF.
"Pertempuran dimulai di dalam; Orang-orang melarikan diri. Beberapa melarikan diri ke kiri menuju laut, (tetapi) beberapa berlari ke kanan, termasuk anak-anak. Setiap orang yang pergi ke kanan terbunuh - 15 hingga 20 orang. Ada setumpuk mayat,” terangnya.
B juga mengakui bahwa sulit membedakan mana anggota Hamas mana warga sipil. Pihaknya mengklaim bahwa pasukan Hamas sering berlalu-lalang tanpa membawa senjata.
Sebagai solusi atas hal tersebut, IDF menemukan solusi dengan cara mencurigai setiap pria yang berusia 16-50 tahun sebagai pasukan Hamas.
Artinya, para warga tersebut juga kemungkinan besar akan diserang.
BACA JUGA:Netanyahu Digempur Badai: 66 Persen Rakyat Israel Minta Dia Hengkang dari Politik
BACA JUGA:Israel Kisruh di Internal Pasca Dibebaskannya Dirut RS Al-Shifa, Gaza: Penjara Sudah Penuh!
Tembakan Eksistensi
Ketika IDF berada di suatu daerah yang nampak tak berpenghuni, mereka akan melakukan penembakan secara ekstensif.
Dalam aturan mereka, hal tersebut dikenal dengan prosedur “menunjukkan keberadaan”.
M, seorang tentara cadangan yang juga bertugas di Jalur Gaza mengungkapkan bahwa aturan seperti itu merupakan perintah langsung dari komandan kompi atau batalion di lapangan.
Tanpa perintah dari atasan sekalipun, M menjelaskan bahwa para tentara reguler, perwira junior, hingga komandan batalion yang ingin meluncurkan tembakan akan mendapatkan izin.