Selidik Mayat Dimakan Biawak di Bantargebang

Minggu 21-07-2024,00:11 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Keluarga Waryanto tinggal di Desa Cabean, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jateng. KTP Waryanto beralamat di desa tersebut. Di desa ada istrinya, Marijah, 50.

Tetangga sebelah rumah Waryanto bernama Sania, 30, tahu persis kebiasaan Waryanto. Sania kepada wartawan mengatakan, dia tinggal di sana sejak sebelum Waryanto tinggal di sebelah rumahnyi.

Sania: ”Ia (Waryanto) orang sangat pendiam. Jarang ngobrol dengan tetangga, tapi ramah dan sopan. Setahu saya, ia tak pernah bermusuhan dengan orang. Karena sangat pendiam.”

BACA JUGA: Polisi Butuh Pakar Belatung Mayat di Kasus Kalideres

BACA JUGA: Mayat Tanpa Kepala di Semak Ilalang

Kebiasaan sehari-hari Waryanto selama bertahun-tahun yang diketahui Sania, kegiatannya sehari-hari cuma kerja di TPST Bantargebang. Berangkat pagi, jalan kaki karena dekat, pulang sekitar pukul 16.00 WIB. 

Sania: ”Setelah pulang kerja, ia langsung masuk rumah. Saya enggak pernah lihat ia keluar rumah setelah pulang kerja. Bahkan, ia juga sangat jarang keluar ke teras rumah. Tapi, selalu berada di dalam rumah.”

Rumah kontrakan Waryanto itu bentuk rumah petak yang kecil. Cuma ada ruang tamu dan satu kamar. Sudah. Di belakang tidak ada halaman. Satu-satunya halaman adalah di depan teras. Jadi, kalau penghuni menghirup udara segar, ya bisanya ke teras. Tapi, kata Sania, Waryanto sangat jarang keluar ke teras.

Penghuni rumah petak kontrakan di Jabodetabek atau tempat lain umumnya sering berada di teras kalau merasa gerah di dalam rumah. Di teras itulah biasanya orang ngobrol dengan tetangga. Nah, Waryanto sangat jarang ke teras karena pendiam. 

Satu hal menarik. Rumah Waryanto itu, kata Sania, sering dijadikan tempat ngumpul teman-teman kerja Waryanto. Sebab, jaraknya dekat dengan tempat kerja. Semua teman yang ngumpul itu pria. Biasanya sore, sepulang kerja. Sampai malam.

Kalau teman itu ngobrol di teras, biasanya Waryanto menemani sebentar, lalu masuk rumah. Jadilah teman dengan teman yang ngobrol. Sementara itu, Waryanto di dalam rumah sendirian.

Sania: ”Pernah juga, kadang-kadang, ada teman pria yang menginap di situ. Mungkin karena mau pulang sudah kemalaman. Sudah tanggung. Toh besok pagi kerja lagi. Di sini jaraknya dekat dengan tempat kerja. Jadi, temannya pilih nginap di situ.”

Tapi –ini yang penting– Senin, 15 Juli 2024, tak ada teman yang ngumpul di sana. Waryanto masih bekerja pada Senin itu. Ia pulang sekitar pukul 16.00 WIB. Setelah itu, seperti biasa, ia langsung masuk rumah.

Sania: ”Hari Senin itu saya terakhir melihatnya. Waktu ia berangkat kerja. Pulangnya saya kebetulan enggak lihat. Mungkin karena saya lagi ngurus apa, gitu. Setelah itu, saya enggak pernah lihat ia lagi, sampai heboh ditemukan mayatnya.”

Selasa, 16 Juli 2024, Waryanto tidak masuk kerja. Tidak ada pemberitahuan darinya kepada atasan soal tidak masuk kerja. 

Rabu, 17 Juli 2024, sekitar pukul 16.00 WIB, dua pemancing belut, Tyo dan Nurdin, melewati kali di belakang kantor TPST Bantargebang. Belut banyak di lubang-lubang kecil di pinggiran kali tersebut. 

Kategori :