Lalu pada tahun 1605, Belanda melancarkan serangan militer ke wilayah tersebut. Pertempuran itu terus terjadi dan mencapai puncaknya dalam tragedi “Pertumpahan Darah Ambon” pada tahun 1621.
BACA JUGA:Jelang Pentas Balet Swan Lake (2): Balet Bisa Jadi Ajang Diplomasi
Pasukan Belanda membantai ribuan penduduk lokal dan menghancurkan desa-desa mereka. Penguasaan Belanda terhadap perdagangan rempah membawa dampak jangka panjang bagi Indonesia.
Mereka menetapkan sistem monopoli dan eksploitasi yang merugikan ekonomi lokal dan mengabaikan hak-hak penduduk setempat.
Hal itu memperburuk ketidakadilan sosial dan ekonomi yang dirasakan masyarakat Indonesia, menciptakan ketidakpuasan terhadap rasa ketidakadilan yang mendalam.
BACA JUGA:Pesta Bakaran Pakuwon City Mall Kembali Digelar, Sajikan Ragam Kuliner Nusantara
Perekonomian lokal hancur. Budaya dan masyarakat setempat mengalami penderitaan yang dalam. Konflik itu memunculkan pola perdagangan yang penuh kekerasan.
Ketidakadilan yang dihasilkan dari eksploitasi rempah dan sistem kolonial Belanda menjadi salah satu faktor utama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Selama abad ke-20, semangat nasionalisme dan keinginan untuk merdeka dari penjajahan Belanda semakin menguat.
BACA JUGA:Kucing dengan Virus FIV: Mitos dan Fakta di Balik Stigma
Pertempuran, perjuangan, dan konflik yang ditimbulkan oleh kebijakan kolonial Belanda menjadi latar belakang bagi gerakan kemerdekaan
Setelah melewati perjuangan yang sangat lama dan penuh penderitaan, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya.
Kemerdekaan Indonesia menandai akhir dari era penjajahan yang panjang dan awal dari pembangunan negara baru yang merdeka.
BACA JUGA:Denim Kolaborasi Indonesia-Belanda, Tak Bikin Capek di Kaki
*) Peserta magang Harian Disway, mahasiswa prodi Sastra Inggris, Universitas Airlangga.