Kiprah Mustofa Sam, Bentuk Karakter Anak Bangsa dengan Permainan Tradisional

Selasa 20-08-2024,22:28 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Guruh Dimas Nugraha


Kiprah Mustofa Sam, Bentuk Karakter Anak Bangsa dengan Permainan Tradisional. Mustofa Sam bermain bersama anak-anak di Kampoeng Dolanan Surabaya.-Sahirol Layeli-Harian Disway

BACA JUGA:Kurikulum Bermain Tematik Terbaru Kampung Lali Gadget Sidoarjo

Mustofa melakukan mediasi dengan pemerintah kota. Termasuk Surabaya. Ia pun diperbolehkan mengisi CFD. Mustofa mengajak para member Kampoeng Dolanan. Tak hanya mainan, ia membawa buku-buku bacaan untuk anak-anak. 

”Banyak orang tua yang mengeluh. Anak-anak mereka menangis bila belum bertemu saya di CFD. Saya selalu dicari. Mereka sangat antusias memainkan permainan tradisional,” ucapnya.

Di Banyuwangi, ia pernah diundang komunitas Kampung Baca Taman Rimba (Batara). Memperkenalkan mainan tradisional untuk anak-anak setempat. Mustofa pun pernah menghibur anak-anak pengungsi di Bali. Yakni, saat ditetapkannya siaga 1 Gunung Agung pada 2017.

BACA JUGA:Kak Harris, si Juru Dongeng Asal Surabaya: Tetap Mendongeng meski Anak-Anak Akrab dengan Gadget

Mustofa meyakini, bila kembali ke permainan tradisional, anak-anak sedang dibentuk sebagai manusia seutuhnya. Sebaliknya, jika orang tua cenderung memberikan gadget kepada anaknya, itu sama saja menjadikan anak sebagai manusia perantara.

”Gadget jadi perantara anak untuk mendapat sesuatu. Entah itu positif atau negatif. Sedangkan permainan tradisional, selain melatih kognitif dan psikomotorik, juga mengajarkan anak untuk berinteraksi dengan manusia di sekitarnya. Ingat, manusia adalah makhluk sosial,” ujar pria asli Surabaya itu.

Ia pun didapuk sebagai ketua Bidang Permainan Rakyat, Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI). Salah satu keberhasilan Mustofa adalah menempatkan SDN Mojo 3 Surabaya sebagai sekolah pelestari permainan tradisional. 

BACA JUGA:Mona Ratuliu Bikin Gerakan Peduli Anak Korban Pandemi

Di SDN Mojo 3 ada program Pojok Dolanan. Para siswa membawa mainan tradisional dari rumah. Ketika di sekolah, dimainkan oleh kawan-kawan satu kelas. ”Macam-macam yang dibawa. Seperti egrang, dakon, gasing, dan lain-lain. Kemudian, mereka menggelar Festival Dolanan Tradisional,” ujarnya.

Menurutnya, Indonesia bisa menjadi besar jika generasinya memiliki mental dan karakter kuat. Pun, peduli terhadap budayanya. ”Tanamkan kepedulian itu kepada anak-anak di kampung. Seperti yang telah dilakukan di Kampoeng Dolanan,” katanya.

Mustofa Sam menunjukkan kepada kita bahwa permainan tradisional bukan sekadar hiburan masa kecil, melainkan juga fondasi penting dalam membentuk karakter anak bangsa. Anak-anak yang ia temani jadi lebih terampil, jujur, toleran, dan kreatif. 

Bukankah semua sifat itu yang diperlukan untuk menuju Indonesia Emas 2045 yang sering digembar-gemborkan? (Guruh Dimas Nugraha)

Kategori :