Hal itu dilakukan untuk memberikan keamanan kepada dokter wanita yang mengeluh bahwa mereka tidak merasa aman setelah kejahatan dan perusakan di rumah sakit yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak dikenal.
“Perempuan memiliki risiko khusus terhadap kekerasan seksual dan non-seksual dalam situasi ini. Karena sikap dan bias patriarki yang sudah mendarah daging, keluarga pasien lebih cenderung menjadi tantangan bagi tenaga medis perempuan. Selain itu, tenaga medis profesional perempuan juga menghadapi berbagai bentuk kekerasan seksual di tempat kerja yang dilakukan oleh rekan kerja, senior, dan pihak yang berwenang,” ujarnya.
MA juga mengaku mereka sangat prihatin dengan fakta bahwa nama dan foto korban telah tersebar. "Sangat prihatin bahwa nama dan foto korban telah tersebar di seluruh media," katanya seperti yang dilansir abplive.
BACA JUGA:Tragedi di Kolkata: Dokter Magang Tewas Diduga Diperkosa, India Bergejolak
Disisi lain, badan nasional untuk dokter residen dan dokter junior dalam sebuah pernyataan mengaku arahan pengadilan tidak membahas ‘masalah utama’ yaitu pendanaan dan staf perawatan kesehatan yang tidak memadai.
“Legislasi saja tidak akan menyelesaikan masalah ini; kita membutuhkan perombakan sistem secara menyeluruh,” jelasnya seperti yang dikutip dari Reuters.
Kasus pemerkosaan dan pembunuhan ini memicu aksi protes dari ribuan warga India dan mogok kerja dokter di seluruh negeri. Mereka menuntut keadilan bagi korban dan keamanan yang lebih besar bagi wanita.
Para aktivis hak-hak perempuan mengatakan bahwa insiden ini telah menyoroti bagaimana para wanita di India terus menderita akibat kekerasan seksual meskipun ada undang-undang yang lebih ketat yang diberlakukan setelah kasus serupa pada tahun 2012 di New Delhi.
*Mahasiswa Politeknik Negeri Malang, peserta Magang Regular di Harian Disway