Dalam berbisnis, pengusaha Wishnu Kurniawan mengaku banyak mendapat inspirasi dari ajaran Tionghoa. Terutama dalam hal solidaritas dan tolong-menolongnya. "Mereka saling mengangkat harkat dan martabat satu klan kalau ada yang tidak mampu," ujarnya.
Wishnu memaparkan, kalau yang tidak mampu itu di bawah rata-rara secara keilmuan, maka akan diberi modal untuk berdagang sampai sukses. Tentu tidak asal-asalan. Syarat utamanya adalah bisa dipercaya. Bukan pengibul. "Kalau sampai menyelewengkan modal usaha, misalnya, dia akan dikeluarkan dari klan," katanya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Komnas Perlindungan Anak Sidoarjo Rr. Adinda Dwi Inggardiah: Ai Ren Yi De
Kalau yang tidak mampu itu di atas rata-rata secara keilmuan, lanjut Wishnu, maka akan dibiayai sampai sejauh mana dia mau belajar dan meraih kesuksesan dengan ilmu yang dikuasainya.
Di Konoha, yang dari Indonesia untuk ke sana hanya butuh waktu yang sama dengan yang dipakai DPR negeri bernama Masapahit untuk memenggal keputusan MK-nya, sebenarnya juga tak kalah tinggi jiwa solidaritas dan tolong-menolongnya. Terlebih lagi kalau berkaitan dengan kepentingan keluarga rajanya. Konon, di sana segala fasilitas akan diberikan kalau untuk mengatrol anak-anak rajanya membangun dan melanggengkan dinastinya.
Untungnya kita tinggal di Indonesia yang demokratis dan menganut gotong royong sebagai falsafah hidup bangsanya. Di sini, semua urusan diselesaikan dengan "齐心协力" (qí xīn xié lì): bahu-membahu dengan hati. (*)