HARIAN DISWAY - Beberapa dokter di India kembali bekerja setelah melancarkan aksi mogok kerja selama 11 hari, buntut dari kasus Dokter Moumita Debnath. Mereka menolak untuk melakukan tugasnya kecuali pada kasus darurat, serta menuntut langkah-langkah keamanan yang lebih baik di fasilitas medis dan keadilan bagi Dokter Moumita.
“Kami melanjutkan tugas kami setelah Mahkamah Agung memberikan banding dan jaminan serta intervensi dalam insiden RG Kar dan keselamatan bagi para dokter,” Asosiasi Dokter Residen (RDA) di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) di New Delhi mengatakan, seperti yang dilansir Al Jazeera.
“Kami memuji tindakan Pengadilan dan menyerukan kepatuhan terhadap arahannya. Perawatan pasien tetap menjadi prioritas utama kami,” lanjutnya dalam sebuah postingan di X.
RDA di Rumah Sakit Indira Gandhi di ibu kota negara juga siap untuk mengakhiri pemogokan. “Dalam semangat kepentingan nasional dan pelayanan publik”, ujarnya menurut sebuah pernyataan.
BACA JUGA:Demo Dokter di India Masih Berlanjut
India belakangan ini mendapatkan sorotan karena kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter di salah satu rumah sakit di Kokata. Dokter cantik berusia 31 tahun tersebut ditemukan meninggal 9 Agustus lalu dengan berbagai luka ditubuhnya.
Ia diketahui telah dilecehkan secara seksual usai hasil autopsinya keluar beberapa hari lalu. Masyarakat India khususnya dokter tentu marah dan melakukan aksi protes besar-besaran, termasuk mogok kerja yang melumpuhkan sebagian besar rumah sakit. Aksi ini pertama kali dilakukan pada Senin, 11 Agustus 2024.
Biro Investigasi Pusat (CBI) telah menyerahkan laporan perkembangan investigasi kepada pengadilan tinggi. Mahkamah Agung (MA) mendesak para dokter untuk kembali bekerja dan mengatakan tidak ada “tindakan pemaksaan” yang harus diambil terhadap para pengunjuk rasa damai, media lokal melaporkan.
BACA JUGA:Kasus Tragis di Kolkata: Mahkamah Agung India Bentuk Satgas Perlindungan Tenaga Medis
MA juga membentuk satuan tugas nasional (National Task Force) atau satgas keselamatan tenaga kesehatan (nakes) yang terdiri dari 10 dokter untuk merumuskan protokol keselamatan nakes.
“Melindungi keselamatan dokter dan dokter wanita adalah masalah kepentingan nasional dan prinsip kesetaraan. Bangsa ini tidak dapat menunggu kasus [pemerkosaan] lain untuk mengambil beberapa langkah,” kata Ketua Mahkamah Agung Dhananjaya Yeshwant Chandrachud pada Selasa lalu (20 Agustus).
“Jika wanita tidak dapat pergi ke tempat kerja dan merasa aman, maka kita menyangkal kondisi dasar kesetaraan,” kata Chandrachud, yang mengepalai majelis hakim yang beranggotakan tiga orang. Ia juga memerintahkan pemerintah lokal dan nasional untuk menerapkan langkah-langkah keamanan dalam waktu dua minggu.
Pengadilanjuga memerintahkan pasukan paramiliter federal untuk memberikan keamanan di rumah sakit Kolkata setelah para dokter wanita mengatakan bahwa mereka tidak merasa aman setelah kejahatan dan perusakan fasilitas tersebut oleh orang-orang tak dikenal.
BACA JUGA:Mahkamah Agung India Gelar Sidang Suo Motu Kasus Rudapaksa Dokter Magang di Kolkata
Para aktivis mengatakan bahwa insiden ini telah menunjukkan sekali lagi bagaimana wanita di India terus menghadapi kekerasan seksual meskipun undang-undang yang lebih ketat telah diberlakukan setelah kasus serupa yang menimpa seorang mahasiswi berusia 23 tahun di sebuah bus di New Delhi pada tahun 2012.