Tentu Anda sudah tahu, bahwa selain ditulis oleh pengasuhnya, rubrik cheng yu ini juga menerima kiriman tulisan dari pembacanya. Namun, ada yang bilang minder mau mengirimkan tulisan, karena merasa yang ditulis di rubrik ini adalah tokoh-tokoh besar.
Padahal, jelas bukan itu yang jadi pertimbangan satu-satunya pengasuh dan penanggung jawab rubrik ini memuat profil dan cheng yu mereka. Yang jadi pertimbangan utama kami ialah kebermanfaatan bagi pembaca.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Advokat dan Konsultan Hukum Gianina Elizabeth: Wen Wu Zhi Dao, Yi Zhang Yi Chi
Sebab, kami percaya, cheng yu mengandung banyak sekali ajaran yang bisa dijadikan motivasi di kala bimbang atau putus asa, sehingga kita dapat menentukan langkah ke depan dengan arif dan bijaksana.
Makanya, tak sedikit orang yang menyamakan cheng yu dengan kata mutiara, kendati sebenarnya bukan. Seperti yang dikirim oleh You Yan Xia atau yang biasa dipanggil Yossy ini: "树不修,长不直;人不学,没知识" (shù bù xiū, zhǎng bù zhí; rén bù xué, méi zhīshi). Ini jelas bukan cheng yu, tapi lebih condong ke pitutur luhur atau kata mutiara.
Untuk itu, sekalipun acap menemui kesulitan, kami biasa mencarikan cheng yu yang semakna atau yang mirip. Misal, karena yang dikirim Yossy tadi artinya "pohon kalau tidak dibetulkan sejak kecil, tak akan tumbuh lurus; manusia kalau tidak belajar sedari belia, tak akan berpengetahuan", sebagai padanannya, kami pakai cheng yu dari kitab Liji (礼记) "玉不琢,不成器" (yù bù zhuó, bù chéng qì) yang terjemahan bebasnya: giok kalau tidak diasah, tak akan menjadi perhiasan indah.
Baiklah, dengan sedikit perubahan, inilah kiriman artikel alumni S-1 Jinan University, Guangzhou, yang sekarang mengajar bahasa Mandarin di Sekolah 3 Bahasa Tunas Harum Bangsa, Semarang, itu:
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Wakil sekretaris DPC Peradi Surabaya Elok Dwi Kadja: Ji Feng Zhang Jin Cao
Sebagai seorang guru, saya merasa bahwa banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mendidik murid di era digital ini.
Seorang guru harus cerdas dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah, kreatif dan inovatif dalam pembelajaran, mampu menggali kemampuan atau skill setiap siswa, dan yang paling penting: mampu menjadi pembimbing dalam membentuk karakter siswa.
Menurut saya, sikap atau attitude siswa di era digital ini sangatlah berbeda dengan di era ketika saya menempuh pendidikan. Oleh karena itu, saya menerapkan model pembelajaran terpusat pada siswa. Saya menerapkan kemandirian siswa sejak dini, mengedepankan sikap sopan santun, bertanggung jawab atas segala yang dilakukan, saling menghormati dan menghargai setiap orang, dan berani dalam belajar.
Sebenarnya, tantangan terberat menjadi guru bukanlah dalam mengajar. Tantangan paling berat adalah menyesuaikan kebutuhan setiap siswa di dalam kelas, serta membimbing dan membentuk karakter mereka agar sesuai dengan norma yang baik.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pengusaha dan Dosen Universitas Hang Tuah Wishnu Kurniawan: Qi Xin Xie Li
Hal tersebut mengingatkan saya tentang pepatah Tiongkok yang pernah saya pelajari ketika saya menempuh pendidikan sarjana di Tiongkok. Yaitu, "树不修,长不直;人不学,没知识" (shù bù xiū, zhǎng bù zhí; rén bù xué, méi zhīshi). Yang artinya: pohon kalau tidak dibetulkan sejak kecil, tak akan tumbuh lurus; manusia kalau tidak belajar sedari belia, tak akan berpengetahuan.
Maksudnya, diibaratkan pohon yang –supaya tidak terlambat– mesti diluruskan sejak kecil kalau mau menjadikannya tumbuh lurus, manusia juga perlu memperkaya diri dengan belajar beragam ilmu pengetahuan sedini mungkin agar bisa menjadi manusia yang bijaksana. (*)