Jenderal Tertinggi AS: Risiko Perang di Timur Tengah Berkurang, Namun Iran Masih Jadi Ancaman

Selasa 27-08-2024,13:06 WIB
Reporter : Tri Septi Hari Nikita*
Editor : Salman Muhiddin

Brown juga memperingatkan bahwa ada juga risiko yang ditimbulkan oleh sekutu-sekutu militan Iran di tempat-tempat seperti Irak, Suriah dan Yordania yang sebelumnya telah menyerang pasukan Amerika Serikat (AS) dan juga kelompok Houthi di Yaman.

Brown menyebut kelompok Syiah sebagai ‘wild card’ atau kartu liar. “Dan apakah yang lain ini benar-benar pergi dan melakukan sesuatu sendiri karena mereka tidak puas -khususnya Houthi,” ujar Brown.

BACA JUGA:Khawatir Perang Makin Besar, Prancis Berusaha Dinginkan Iran dan Israel

Brown mengatakan bahwa militer AS memiliki posisi yang lebih baik untuk membantu pertahanan Israel dan pasukannya sendiri di Timur Tengah, dibandingkan pada 13 April lalu.

Pada saat itu Iran melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel dengan meluncurkan ratusan pesawat tak berawak, rudal jelajah, dan rudal balistik.

Namun Israel, AS, dan sekutu-sekutunya berhasil menghancurkan hampir semua senjata tersebut sebelum mencapai sasaran.

“Kami memiliki posisi yang lebih baik,” kata Brown.

Ia mencatat keputusan hari Minggu untuk mempertahankan dua kelompok pemukul kapal induk di Timur Tengah, serta skuadron jet tempur F-22 tambahan. “Kami mencoba memperbaiki apa yang kami lakukan pada bulan April,” lanjutnya.

Brown juga mengatakan bahwa apa pun rencana yang mungkin dimiliki militer Iran, keputusan tetap ada di tangan para pemimpin politiknya.

“Mereka ingin melakukan sesuatu yang bisa mengirimkan pesan, tetapi mereka juga, menurut saya... tidak ingin melakukan sesuatu yang akan menciptakan konflik yang lebih luas,” jelas Brown.

BACA JUGA:Antisipasi Perang, AS Akan Siapkan Bantuan Militer Senilai Lebih dari Rp 50 Triliun Untuk Israel

Disamping itu, Presiden AS, Joe Biden telah berusaha untuk membatasi dampak dari perang di Gaza antara Hamas dan Israel yang kini telah memasuki bulan ke-11.

Konflik itu meratakan sebagian besar wilayah Gaza, memicu bentrokan perbatasan antara Israel dan gerakan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran dan menarik kelompok Houthi Yaman.

Perang saat ini di Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok bersenjata Hamas menyerbu Israel dan menewaskan sekitar 1.200 orang serta menculik sekitar 250 sandera, menurut perhitungan Israel.

Sementara sejak saat itu, militer Israel telah mengusir hampir seluruh 2,3 juta penduduk Palestina dari rumah mereka dan menimbulkan kelaparan serta penyakit yang mematikan.

Serangan Israel juga telah menewaskan sedikitnya 40.000 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Kategori :