Khawatir Perang Makin Besar, Prancis Berusaha Dinginkan Iran dan Israel
Presiden Prancis Emmanuel Macron melihat ke bawah selama peresmian Maison Elysee, sebuah ruang di seberang Istana Elysee yang akan memungkinkan pengunjung untuk menemukan sejarah dan warisan kepresidenan Prancis, di Paris, pada 24 Juli 2024. Macron diket-Stephanie Lecocq / POOL / AFP-
HARIAN DISWAY - Presiden Prancis Emmanuel Macron berusaha mengingatkan Iran dan Israel melalui panggilan telepon terpisah pada hari Rabu, 7 Agustus 2024 agar melakukan berbagai upaya untuk menghindari eskalasi ketegangan di Timur Tengah.
Pertama, Macron menelepon langsung Presiden Baru Iran Masoud Pezeshkian dan mengungkapkan keresahannya terkait perang regional yang akan meningkat.
"Eskalasi militer baru tidak akan menjadi kepentingan siapa pun, termasuk Iran, dan akan merusak stabilitas regional secara abadi," tutur Macron.
Dia juga menyerukan agar Iran mengakhiri langkah pembalasan yang akan mereka layangkan pada Israel dan memprioritaskan perlindungan bagi warga sipil.
Hal tersebut mengingat bahwa Iran beserta sekutunya (Hamas dan Hizbullah) bersiap untuk kembali melawan Israel dan membalas aksi Negara Yahudi itu yang sudah menghilangkan nyawa sejumlah pimpinan faksi perjuangan Islam.
BACA JUGA:Kenangan Bom Atom Hiroshima dan Kekhawatiran Perang Terkini: Pesan Damai untuk Rusia dan Israel
"Iran juga harus berkomitmen untuk memanggil aktor destabilisasi yang didukungnya untuk menahan diri terbesar untuk menghindari kebakaran (eskalasi peperangan yang semakin besar-red)," ujar Macron.
Dalam percakapan tersebut, Pezeshkian seolah mengembalikan permintaan Macron kepada negara-negara Barat yang selama ini teguh membela Israel.
"Jika Amerika Serikat dan negara-negara Barat ingin mencegah perang dan ketidakamanan di wilayah tersebut, mereka harus segera berhenti menjual senjata dan mendukung rezim Zionis," ujar Pezeshkian.
"Amerika Serikat dan negara-negara Barat mendukung rezim yang tidak mematuhi hukum dan peraturan internasional apa pun," imbuhnya.
Pria yang juga menjadi dokter bedah jantung tersebut menjelaskan bahwa apa yang tengah dilakukan pihaknya adalah mencoba membangun perdamaian dan keamanan dunia.
Akan tetapi, bukan juga berarti mereka tidak berbuat apapun terhadap adanya kejahatan yang terjadi.
"Tetapi dalam kerangka perjanjian dan hukum internasional, mereka tidak akan pernah tinggal diam dalam menghadapi pelanggaran kepentingan dan keamanannya,” ungkap pria kelahiran 29 September 1954 itu.
Anggota keluarga al-Ghandour Palestina yang mengungsi dari lingkungan Sheikh Radwan di Kota Gaza, menerima perawatan di Rumah Sakit Nasser pada 6 Agustus 2024, setelah mereka terluka dalam pemboman Israel di sebuah sekolah tempat mereka berlindung di Khan-BASHAR TALEB -AFP
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: afp