Sementara itu, jajak pendapat terbaru menunjukkan Kamala Harris sedikit unggul secara nasional atas Trump sejak Presiden Joe Biden mengumumkan penghentian kampanyenya untuk pemilihan kembali, bulan lalu.
BACA JUGA:Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Bagaimana Pasar Indonesia?
Dakwaan revisi ini, mirip dengan yang awal, menuduh Trump terlibat dalam konspirasi multi-bagian untuk memblokir sertifikasi kekalahannya dari Joe Biden. Dokumen tersebut menyebutkan bahwa Trump menekan Wakil Presiden saat itu, Mike Pence.
Tujuannya adalah untuk memanfaatkan perannya dalam memimpin sertifikasi kongres pemilu pada 6 Januari 2021. Hal ini dimaksudkan menolak suara elektoral dari negara-negara bagian medan pertempuran di mana Trump kalah.
“Terdakwa tidak memiliki tanggung jawab resmi terkait proses sertifikasi tersebut, tetapi ia memiliki kepentingan pribadi sebagai kandidat untuk ditetapkan sebagai pemenang pemilu,” bahasa ini tidak muncul dalam dokumen dakwaan asli.
BACA JUGA:Donald Trump Menggerutu Setelah Ditahan: Hari Buruk untuk Amerika
Sekelompok pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol AS pada 6 Januari dalam upaya menghentikan sertifikasi kongres. Insiden ini tetap menjadi bagian penting dalam kasus terhadap Trump.
Halaman pertama dalam dakwaan baru dalam kasus subversi pemilu 2020 terhadap Donald Trump terlihat setelah jaksa AS memperoleh dakwaan yang direvisi di Washington, AS, 27 Agustus 2024.-Departemen Kehakiman AS-Reuters
Dakwaan revisi ini tidak lagi mencakup tuduhan bahwa Trump berusaha menekan Departemen Kehakiman AS dalam upayanya untuk membatalkan kekalahan pemilunya. Ini merupakan langkah untuk menjaga agar penuntutan tetap berjalan setelah Mahkamah Agung memutuskan bahwa Trump tidak dapat dituntut atas tindakan tersebut.
Dokumen tersebut memuat referensi ke Jeffrey Clark, pejabat senior di Departemen Kehakiman selama pemerintahan Trump. Clerck masuk dalam dugaan membantu upaya untuk merusak hasil pemilu, sebagai rekan konspirator.
BACA JUGA:Trump Tetap Tak Mau Menyerah, Rayu Pendukungnya setelah Ada Kasus Terbaru
Dakwaan ini juga menyebut mantan Jaksa Agung AS Bill Barr, yang diduga telah memberitahu Trump bahwa klaimnya tentang kecurangan pemilih yang meluas tidak benar.
Bradley Moss, seorang pengacara yang mengkhususkan diri dalam keamanan nasional, menyatakan bahwa dakwaan revisi ini mencerminkan "upaya jelas dari Departemen Kehakiman untuk mempersempit cakupan informasi faktual" guna menanggapi putusan Mahkamah Agung tentang kekebalan.
Halaman pertama dalam dakwaan baru dalam kasus subversi pemilu 2020 terhadap Donald Trump terlihat setelah jaksa AS memperoleh dakwaan yang direvisi di Washington, AS, 27 Agustus 2024.-Departemen Kehakiman AS-Reuters
Dakwaan revisi setebal 36 halaman ini, sembilan halaman lebih pendek dari aslinya, sangat bergantung pada kesaksian dan bukti dari para saksi. Beberapa diantaranya kebanyakan berada di luar pemerintahan federal.
BACA JUGA:Menyerahkan Diri, Donald Trump Tak Ditahan dengan Jaminan Rp 3 Miliar