CIMAHI, HARIAN DISWAY – Tahun ini, Prajna Dewantara akan berusia 32 tahun. Bukan kebetulan pula bahwa ada 32 karya yang dia siapkan untuk pameran tunggal perdananya berjudul Janmashtami, di Mola Art Gallery, sejak 31 Agustus mendatang.
Karya yang disiapkan Prajna itu tergolong istimewa. Yakni karena ada tirtha yang dipakai dalam proses berkarya. Disebut tirtha -dalam bahasa Sansekerta- karena berbeda dengan air biasa. Tirtha atau theertam dalam bahasa India adalah air yang disucikan.
Dalam karyanya yang memanfaatkan tirtha itu sebagai mediumnya, Prajna bukan sedang berkarya semata. Namun, dia mendapatkan hal yang lebih bernilai spiritual. Dia bahkan merasakan ada koneksi yang magis dengan tirtha itu.
Di antara puluhan karyanya itu, tirtha itu menjadi campuran water color atau akrilik sebagai medium utamanya. Untuk water color, Prajna sudah memulainya sejak Art Jakarta 2024. Selain dua dimenasi, dia juga membuat karya 3D resin torso.
Sementara cat minyak tak lagi dia gunakan untuk pameran tunggalnya kali ini. Sebab Prajna memang ingin menitikberatkan pada tirtha yang ditempatkan tinggi. "Selama proses berakrya pun saya harus memperlakukannya dengan aturan," katanya.
Dengan tirtha, ada pencapaian estetis, perjalanan spiritual dan proses psikologis yang menarik buat Prajna. Sebab tirtha itu dia dapatkan dengan ritual. Diambil dari dari merajan -tempat suci- di Griya Lelangon. Rumah keluarga besarnya di Denpasar.
Jadi tirtha itu bukan sembarang benda cair semata-mata. Seorang pemangku -tak lain paman Prajna- berkenan menunaskannya. Agar suci. Selain membawa tirtha, Prajna juga harus mepuspa di merajan. Demi memohon izin dan mohon restu kepada Dewa dan leluhur.
Selanjutnya dia baru berani memakai tirtha tersebut untuk melukis. Menurut Prajna, air yang lebih disebutnya tirtha itu media transformatif. Dengan sifatnya yang cair dan anggun, ia berfungsi sebagai media ekspresi artistik.
Tirtha itu membawa kedamaian bagi jiwa. Alirannya yang lembut dan kehadirannya yang menenangkan menawarkan tempat perlindungan dari ricuhnya kehidupan. Sebagai simbol pembersihan, hanya tirtha yang bisa membersihkan debu.
BACA JUGA: 12 Perupa Komperta Sidoarjo Ramaikan Pameran Lukisan Rindu Berbisik
Baik fisik maupun spiritual. Untuknya yang berasal dari kalangan Brahmana, kasta itu memiliki hak istimewa untuk mengakses air yang paling murni. Dengan pemaknaan yang Hingga tirtha itu mampu menghadirkan pembaruan untuknya.
Melukis dengan tirtha untuk berkespresi, mengajarkan Prajna tentang konsep seni berserah diri. Sifatnya yang tidak dapat diprediksi menuntut keseimbangan antara kendali dan pelepasan. Mencerminkan pasang surut kehidupannya sendiri.
Proses ini mewujudkan esensi pertobatan dan penebusan. Karena setiap guratan dan riak mencerminkan perjalanan menuju pengampunan dan transformasi. Melalui tirtha, Prajna menemukan jalan menuju kedamaian batin.