Peringatan Hari Anti Penghilangan Paksa di Unair: Untukmu 'Yang Tak Pernah Hilang'

Jumat 30-08-2024,22:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

BACA JUGA:Selamat Datang, 2.000 Mahasiswa Vokasi Unair! SDM Unggul Siap Kerja

BACA JUGA:Tim Pengmas Basasindo Unair Dampingi Penyusunan Naskah Kuno Koleksi Museum Mpu Tantular

"Saat ini kami sedang berjuang untuk bisa mendirikan monumen demokrasi di Unair, sebagai peringatan terhadap peristiwa pelanggaran HAM dan penghormatan atas martabat korban," jelas Abeng, panggilan akrab Andre.

Tentang Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional

Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional diperingati setiap 30 Agustus, berdasarkan kesepakatan PBB yang disahkan melalui Konvensi Internasional untuk Perlindungan Semua Orang dari Tindakan Penghilangan Paksa.

Di Indonesia, data yang dihimpun Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) pada 2020 mencatat lebih dari 53.000 kasus penghilangan paksa, termasuk dalam berbagai peristiwa kejahatan kemanusiaan di masa lalu.

Peringatan HAPPI di Indonesia bertujuan untuk mencegah terulangnya kasus penghilangan paksa di masa depan, serta mendorong pemerintah untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Acara ini juga sebagai bentuk dukungan moral kepada keluarga korban.

BACA JUGA:Pakar Unair Dukung Regulasi Larangan Iklan Susu Formula

BACA JUGA:Keren! Unair Jadi Tuan Rumah ICAS 2024, Siap Sambut Ribuan Akademisi Lintas Negara

Namun, perjuangan menuntut penuntasan kasus penghilangan paksa tidak selalu mulus.

Baru-baru ini, Mugiyanto Sipin, salah satu korban penculikan 1998 yang kini menjadi tenaga ahli di Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP), dikritik karena dianggap mengkhianati perjuangan korban dengan menginisiasi pertemuan antara keluarga korban dan politisi dari Partai Gerindra.

Peringatan HAPPI 2024 di Unair turut diinisiasi oleh berbagai lembaga, termasuk Yayasan Kurawal, Yayasan Tifa, Yayasan Citakita, Perguruan Rakyat Merdeka, Komunitas Kawan Herman-Bimo, dan LPM Berdikari.

Kategori :