Rapat Pleno Senat Akademik Universitas Airlangga (1): Mencari Pemimpin Transformatif Unair ke Depan

Minggu 15-09-2024,18:33 WIB
Oleh: Budi Santoso-Bagong Suyanto

Tantangan yang bakal dihadapi seorang rektor baru ke depan adalah bagaimana mampu mempertahankan motivasi tinggi seluruh civitas academica dalam jangka panjang. Pemimpin transformasional perlu terus mendorong dan memelihara semangat tim melalui pengakuan, penghargaan, dan pendekatan kepemimpinan yang memotivasi. Di sini, bukan hanya dituntut adanya keteladanan, melainkan juga kemampuan mengorkestrasi arah perubahan yang positif.

Pemimpin transformasional di lingkungan kampus yang mengelola dosen maupun tenaga pendidik yang beraneka ragam tidak hanya perlu mengatasi resistansi dan skeptisisme dalam memperkenalkan perubahan budaya yang diperlukan. Tetapi, juga harus mampu menaklukkan tantangan yang menghambat perubahan. 

Pemimpin transformasional harus mampu menghadapi ketidakpastian, mengantisipasi perubahan, dan memfasilitasi seluruh jajaran yang dipimpin dalam mengatasi pelbagai tantangan yang muncul.

Tidak mustahil, dalam organisasi besar seperti Universitas Airlangga, akan ada civitas academica yang tidak nyaman dengan perubahan atau terikat pada cara lama dan cenderung menunjukkan sikap yang resistan. 

Dalam hal ini, seorang rektor perlu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber perlawanan, mengomunikasikan manfaat perubahan, dan membangun kohesivitas yang solid di jajarannya agar semua sepakat terhadap visi, misi, dan tujuan lembaga perguruan tinggi.

TANTANGAN

Salah satu tantangan yang bakal dihadapi rektor Universitas Airlangga ke depan adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Berbeda dengan masa sebelumnya, di mana perguruan tinggi bisa memperoleh dukungan pendanaan yang besar dari masyarakat. Saat ini dan ke depan, dukungan pendanaan itu niscaya akan berkurang karena adanya regulasi yang ditetapkan pemerintah pusat.

Kita tentu sepakat bahwa untuk dapat mencapai prestasi yang membanggakan, sering kali dibutuhkan sumber daya yang cukup, baik itu sumber daya finansial, teknologi, maupun tenaga kerja. 

Siapa pun rektor yang nanti memimpin Universitas Airlangga perlu memiliki kemampuan untuk mengelola pelbagai sumber daya yang ada dengan efisien dan mampu mengembangkan cara-cara yang kreatif untuk mengatasi keterbatasan sumber daya yang ada.

Telah kita sadari bersama bahwa tantangan yang dihadapi Universitas Airlangga ke depan makin berat. Seluruh prestasi yang berhasil dicapai selama sepuluh tahun terakhir, tidak hanya harus dipertahankan, tetapi juga harus ditingkatkan. Di sini standar yang ditetapkan tentu menjadi makin tinggi. 

Seseorang yang biasa-biasa saja niscaya tidak akan mampu mengemban tugas berat memimpin Universitas Airlangga. Hanya putra terbaiklah yang akan mampu membawa Universitas Airlangga makin berkibar di tahun 2025–2030.

Adakah di antara pembaca yang bersedia mendaftar sebagai calon rektor Universitas Airlangga 2025–2030 dan berani menjawab tantangan berat yang dihadapi ke depan? Kami tunggu! (*)


*) Budi Santoso adalah dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga


**) Bagong Suyanto adalah dekan FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya.

Kategori :