Budi Argawa begitu ingin menjadi manusia yang bisa memberikan kesejahteraan kepada sebanyak mungkin manusia. Sebagaimana yang pepatah Mandarin ajarkan, ketua umum Yayasan Marga Tionghoa Bali itu berharap bisa "丰年玉荒年谷" (fēng nián yù huāng nián gǔ): menjadi orang yang membawa manfaat bagi sesama dalam segala situasi dan kondisi.
Makanya, sejak pertengahan tahun 2003, Budi melepas jabatan komisaris di beberapa perusahaannya dan hanya menjabat sebagai komisaris utama di PT BPR Swasad Artha dan PT BPR Argawa Utama, Bali. "Ini supaya saya bisa punya lebih banyak waktu untuk kegiatan sosial dan mengabdikan diri dalam organisasi," katanya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Rektor Universitas Wijaya Putra, Surabaya Budi Endarto: Bo Shi Ji Zhong
Organisasi yang diikuti Budi macam-macam ruang lingkupnya: dari kemasyarakatan, bisnis, hingga olahraga. Ia, misalnya, pernah menjabat ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Bali. Juga pernah menjabat ketua Kadin Indonesia Komite China (KIKC) Bali. Pun pernah menjabat ketua Pengurus Daerah Wushu Indonesia-Bali.
Ternyata, di tengah dunia yang agaknya makin egois ini, masih ada –dan semoga makin banyak– orang yang mau memberikan kontribusi untuk orang lain. Mungkin mereka merasa bahwa memberi manfaat bagi sesama tidak hanya berdampak positif bagi yang lainnya, tetapi juga bagi dirinya.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Dokter Spesialis Ortopedi di RSUD Pasuruan dr Fiski Purantoro: Chi Ku Nai Lao
Contohnya, seperti dijelaskan dalam ilmu psikologi, akan ada "helper's high" bagi mereka yang berbuat baik. Yaitu perasaan puas dan bahagia yang mengiringi atau mengikuti setelah kita melakukan suatu kebajikan. Berarti, Anda kemungkinan tak akan mudah terserang strok kalau sering membantu orang --karena Anda akan lebih banyak berbahagia ketimbang stres.
Intinya, Anda jauh lebih tahu, menabur manfaat bagi orang lain tak ubahnya menanam saham kebaikan yang akan kita tuai sendiri manfaatnya –cepat atau lambat. (*)