Bila Penjahat Pencongkel Mata Menyerahkan Diri

Kamis 26-09-2024,14:02 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Dikutip dari buku berjudul On the Run: Fugitive Life in an American City (University of Chicago Press, 1 Mei 2014) karya Alice Goffman, diulas aktivitas dan kegelisahan penjahat buron. 

Buku itu best seller dunia, satu dekade lalu. Hasil riset observasi partisipatif enam tahun penulisnya, termasuk setahun setengah mukim di lingkungan komunitas kulit hitam miskin di Philadelphia Barat, AS. Para kritikus buku di sana menyebutnya sebagai etnografi terbaik sampai dengan saat itu.

Alice Goffman adalah doktor sosiologi. Cantik, langsing, kelahiran 1982. Dia asisten profesor sosiologi di University of Wisconsin-Madison merangkap visiting assistant professor sosiologi di Pomona College, AS. 

Bisa dibayangkan, perempuan cantik tinggal dan bergaul dengan para penjahat buron di Philadelphia Barat. Lokasi tempat persembunyian para penjahat itu tidak disebutkan di buku tersebut. 

Goffman cuma menyebutnya: 6th Street dan menyebut para penghuni kawasan kumuh itu sebagai ”6th Street Boys”. Kerahasiaan lokasi itu pasti bagian dari perjanjian antara periset dan para penjahat sebagai subjek riset.

Keberhasilan buku tersebut menyebabkan Goffman sering diundang tur ceramah di sedikitnya 20 departemen dan konferensi sosiologi. Video ceramahnyi di medsos ditonton sekitar 700.000 kali. 

Dikutip dari situs The University of Chicago Press, berjudul The Art of Running, ditulis Goffman sendiri, diungkap, riset buku itu dimulai pada tahun kedua Goffman kuliah di University of Pennsylvania dan berlanjut hingga studi pascasarjana di Princeton University. 

Selama riset, Goffman tinggal di sebuah apartemen di lingkungan tersebut, terkadang menjadikan dua dari mereka sebagai teman sekamar, sementara ia mencatat kehidupan mereka.

Subjek penelitian Goffman adalah buron aneka kejahatan. Mulai yang ringan sampai pembunuhan. Kehidupan sehari-hari para penjahat itu disebut sebagai ”pengamat dan penghindar”. Selalu mengamati situasi dan kondisi di sekitar kalau-kalau ada polisi dan segera menghindar jika ada polisi yang menyamar.

Karena tidak memiliki identitas resmi atau terbebani oleh hukuman masa lalu, subjek Goffman tidak dapat memperoleh atau memiliki pekerjaan tetap dan dipaksa masuk ke kelompok ekonomi bawah tanah berupa pinjaman, barter, pencurian, dan perdagangan narkoba kecil-kecilan, hanya untuk bertahan hidup. 

Karena selalu takut ditangkap, mereka menghindari tempat-tempat umum seperti ruang gawat darurat rumah sakit, fasilitas SIM, dan bahkan sekolah anak-anak mereka (sebagian penjahat itu berkeluarga dan punya anak).

Semua itu tidak cukup untuk menjauhkan diri dari hukum. Selama delapan belas bulan pertamanya di 6th Street, kata Goffman, dia melihat petugas polisi menghentikan dan menggeledah pejalan kaki atau pengemudi, setidaknya sekali dalam sehari.

Dia menyaksikan para pemuda berlarian dan bersembunyi dari polisi sebanyak 111 kali. Juga, melihat para petugas mendobrak pintu, menggeledah rumah, dan menginterogasi, menangkap, atau mengejar orang-orang melalui rumah sebanyak 52 kali.

Dia melihat sembilan kali helikopter polisi terbang di atas wilayah persembunyian para penjahat dan empat belas kali dia menyaksikan polisi memukul, mencekik, menendang, menginjak, atau menghantam dengan tongkat polisi kepada para penjahat di saat penangkapan.

Pelarian penjahat yang sukses dapat dilakukan sendiri, tetapi kebanyakan dari mereka yang individual cepat ditangkap polisi. Sukses bagi penjahat buron umumnya pencapaian kolektif. Seorang buron bergantung pada teman-teman, saudara, dan tetangga.

Fungsi orang-orang di sekitar buron adalah memberi tahu kepada buron ketika mereka melihat polisi datang. Juga, untuk menyampaikan informasi tentang di mana polisi berada atau di mana dan kapan polisi akan muncul berikutnya. 

Kategori :