Dramaturgi Politik Pilkada Surabaya, Panggung Sandiwara Para Tokoh

Jumat 27-09-2024,19:47 WIB
Reporter : Sugeng Pujileksono
Editor : Guruh Dimas Nugraha

BACA JUGA:Review Film Dont Worry Darling: Utopia, Antara Ada dan Tiada


Dramaturgi Politik Pilkada Surabaya, Panggung Sandiwara Para Tokoh. Kenduri Literasi yang menghadirkan Abdus Sair, penulis buku Dramaturgi Politik Elektoral.-UWKS-

State of the art dalam tradisi kajian hadis disebut dengan sanad, yakni daftar otoritas yang meriwayatkan hadits, mulai dari rawi awal hingga kepada sahabat. Sanad berasal dari bahasa Arab yang berarti sandaran atau tempat bersandar. 

Maka membaca state of the art dramaturgi pada buku itu, telah menjadi sandaran yang cukup kuat untuk menganalisis berbagai drama dalam politik elektoral.

Kelebihan buku itu adalah kaya akan data lapangan yang diperoleh melalui wawancara dan penelusuran dokumentasi dari berbagai pemberitaan (hal. 85-133). Bahkan penulis merasa perlu menambahkan data baru untuk kepentingan pengembangan tulisan buku itu. 

BACA JUGA:Komentar Komunitas Hobby Nonton untuk Film Horor Barbarian

Temuan lapangan tersebut kemudian diformulasikan dan dijelaskan dengan kerangka dramaturgi Goffman dalam bukunya, The Presentation of Self in Everyday Life (1959). 

Beberapa konsep Dramaturgi Goffman diantaranya konsep diri, panggung depan dan belakang, setting dan personal front (panggung depan), tim pertunjukan, seni mengelola kesan (interaksi yang tidak difokuskan dan difokuskan). 

Metode mengelola kesan menurut Goffman dapat dikembangkan melalui 3 teknik. Yaitu presentasi diri, tindakan dramaturgis dan kehati-hatian dramaturgis. Tidak cukup menafsirkan drama politik elektoral hanya mengacu pada satu karya Goffman. 

BACA JUGA:Diskusi Film Black Adam: It’s All About The Rock

Tafsiran dan pemaknaan di seputar dramaturgi juga dilengkapi karya Goffman lainnya, yaitu Frame Analysis: An Essays on the Organization Experience (1974) dan tentu sumber referensi lainnya yang relevan.

Tidak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan buku itu. Secara teknis, penulisan sitasi buku itu tampaknya tidak menggunakan references manager/mendely atau apapun aplikasi sitasinya. 

Dampaknya, ada beberapa rujukan dalam teks, tetapi tidak ada dalam daftar pustaka (hal. 97). Mengingatkan saya pada kegaptekan saya dalam menulis artikel atau buku yang juga tidak menggunakan references manager

BACA JUGA:Diskusi Film Blonde (2022): When Love and Hate Collides

Kekurangan lainnya adalah teknik penomoran tabel. Tidak ada daftar tabel, tidak ada daftar gambar, tidak ada glosarium dan tidak ada daftar singkatan, sebagaimana kelengkapan buku monograf. 

Kekurangan itu dibayar lunas oleh penulis yang saat ini sedang berkutat menyelesaikan disertasinya di Program Doktoral Unair, dengan nyaris tidak ada salah tulis, salah ketik atau typo pada rangkaian kata dan kalimat dalam buku bersampul berwarna merah itu. 

Kategori :