SURABAYA, HARIAN DISWAY - Pemanfaatan transportasi publik secara maksimal selalu disuarakan oleh Pemkot Surabaya sebagai solusi untuk mengurai kemacetan.
Namun, kenyataanya, kenyamanan pengguna transportasi umum kurang diperhatikan. Terutama fasilitas pemberhentian bus (bus stop) yang kurang layak dan tak memadai. Baik untuk penumpang Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, maupn feeder Wirawiri Suroboyo.
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Tambah 11 Unit Bus Listrik dan 32 Unit Wirawiri Suroboyo, Catat Layanan Rutenya!
BACA JUGA:Trotoar Jakarta, Legacy yang Paling Dibanggakan Anies Baswedan
Tidak ada kursi dan atap untuk berteduh. Hanya ada penanda bus stop berwarna biru putih yang ditancapkan di pinggir jalan. Peletakannya pun terkesan asal-asalan.
Koordinator Koalisi Pejalan Kaki (Kopeka) Surabaya Aditya Ikhsan mengatakan, kondisi halte-halte di Surabaya sudah lama menjadi atensi para pengguna transportasi umum.
Padahal, halte merupakan salah satu fasilitas krusial dalam mengakomodir pejalan kaki maupun pengguna transportasi umum.
BACA JUGA:Bus Listrik Trans Semanggi Surabaya Kembali Mengaspal, Ini Jadwal dan Jam Operasionalnya
BACA JUGA:Proyek Selokan di Surabaya Biang Kemacetan
"Nah, halte-halte di sini masih minim fasilitas. Gak ada penerangan, gak ada tempat duduk, dan itu sangat tidak nyaman," ucapnya kepada Harian Disway, Sabtu, 28 September 2024.
Pemerintah seakan lupa bahwa kenyamanan menjadi salah satu faktor kunci agar masyarakat tertarik untuk naik transportasi umum.
"Kalau gak nyaman, ya orang-orang mengurungkan niatnya untuk naik transportasi umum. Akhirnya, balik pakai kendaraan pribadi lagi," imbuhnya.
Adit meminta pemerintah untuk lebih bijak dalam memprioritaskan pembangunan. Khususnya terkait alokasi anggaran untuk menunjang transportasi publik.
BACA JUGA:Penumpang SB dan Wirawiri Meningkat di Libur Lebaran
BACA JUGA:Minta Wirawiri Layani Khusus Perempuan