Yohanes Handojo Budhisejati begitu menyukai pepatah klasik Tiongkok yang bunyinya, "卧薪尝胆" (wò xīn cháng dǎn). Secara harfiah, itu artinya: tidur di atas kayu bakar dan mencecap empedu. Maksudnya: rela bersakit-sakit dan bersusah-susah untuk menggapai cita-cita.
Alkisah, ketika Tiongkok sedang berada dalam zaman Musim Semi dan Gugur (Chunqiu), yaitu pada kisaran 770–481 SM, terjadi peperangan antara Negara Wu (吴国) dengan Negara Yue (越国). Negara Wu yang sebelumnya dikalahkan Negara Yue, berhasil membalikkan keadaan: memorak-porandakan Negara Yue.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan: Yoriko Angeline Aktris: Bi Er Hou Yi
Karena kekalahan tersebut, raja Negara Yue yang bernama Gou Jian (勾践) dijadikan tawanan perang dan dinistakan harkat serta martabatnya oleh Negara Wu. Di sana, Gou Jian dipakaikan pakaian compang-camping dan dipekerjakan sebagai penjaga kuda raja Wu, Fu Chai (夫差).
Kendati mengalami siksaan dan penghinaan, Gou Jian tak pernah melawan. Fu Chai mengira ia telah tunduk dan setia padanya. Makanya, tiga tahun berselang, Fu Chai dilepaskan kembali ke negaranya.
Namun, Gou Jian ternyata memendam dendam kepada Negara Wu. Ia terus melatih sisa-sisa tentaranya untuk membalaskan dendamnya. Ia juga tetap mengenakan baju rombeng dan, setiap harinya, menjilati empedu sebelum beranjak tidur di atas kayu bakar, untuk mengingat kegetirannya selama ditawan di Negara Wu.
Dan benar, di bawah kepemimpinan Gou Jian, Negara Yue bangkit lagi menjadi negara kuat yang pada 473 SM membabat habis Negara Wu.
Handojo menjadikan adagium yang berasal dari cerita sejarah Negara Yue vs. Negara Wu ini sebagai pengingat bahwa, katanya, "Sekalipun dikhianati dan disakiti, tetap harus maju dan berkarya." Sebab, ia percaya, meskipun tantangan datang dari berbagai arah, selama kita memiliki integritas dan dedikasi, kita akan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat dan bangsa.
Itulah mengapa, meskipun banyak sekali rintangannya, Handojo tak patah semangat untuk mengetuai Vox Point Indonesia, sebuah organisasi yang mendorong partisipasi umat Katolik dalam kehidupan sosial-politik Indonesia. Agustus lalu, ia juga dilantik Hashim Djojohadikusumo sebagai ketua umum Formas (Forum Masyarakat Indonesia Emas).