AI, Teman Baru di Sudut Kehidupan Kita

AI, Teman Baru di Sudut Kehidupan Kita

Ilustrasi artificial intelligence (AI)-Freepik.com-

PERNAH merasa butuh teman bicara, tapi semua orang bilang sibuk? Atau, ingin menyelesaikan tugas kampus dengan cepat, padahal otak rasanya buntu dan minum kopi rasanya tidak membantu? 

Di era itu, solusinya datang dari sesuatu yang tidak punya wajah, tidak punya napas, tetapi setia mengulurkan ”tangan digitalnya”. 

Artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan tidak pernah mengeluh, tidak pernah bilang ”aku capek”, dan yang paling menarik, AI setia hadir bahkan saat jam menunjukkan pukul 2 dini hari.

BACA JUGA:Memahami Kecanggihan Artificial Intelligence (AI) yang Menggerus Lapangan Pekerjaan

BACA JUGA:Wamenkominfo Nezar Patria Dorong Dunia Kedokteran Adopsi Teknologi Artificial Intelligence (AI)

April lalu Snapcart melakukan survei terhadap 3.611 responden di Indonesia. Hasilnya cukup menggugah pikiran dan menggelitik rasa penasaran. Sebanyak 43 persen orang Indonesia mengaku sering menggunakan AI dalam kehidupan sehari-hari, sementara 41 persen lainnya sesekali memanfaatkannya. 

Hanya 16 persen yang belum pernah bersentuhan dengan AI meski sangat mungkin mereka menggunakan teknologi yang sebenarnya sudah ada AI di dalamnya tanpa mereka sadari. 

Artinya, AI tidak hanya hadir, tetapi juga meresap masuk ke ruang-ruang kecil kehidupan kita. Dari meja belajar, layar ponsel, bahkan hingga ruang kerja yang penuh deadline.

Yang paling akrab dengan AI? Saat ini tentu saja antargenerasi. Gen Z (usia 13–24 tahun) memimpin dengan angka penggunaan rutin sebesar 50 persen. Bahkan, anak-anak di bawah 13 tahun pun tidak mau kalah, dengan 40 persen sering menggunakan AI. 

Generasi milenial (25–44 tahun) berada di angka 29 persen, sedangkan gen X (45–60 tahun) hanya 23 persen. Lalu, ada kejutan kecil, kelompok usia di atas 60 tahun mencatat 31 persen penggunaan rutin. 

Siapa bilang generasi senior tidak bisa mengikuti perkembangan zaman? Ternyata mereka masih cukup gesit untuk mempelajari apa pun yang dianggap bermanfaat bahkan jika itu berupa bot yang suka menjawab dengan gaya formal.

Alasan penggunaan AI pun beragam. Jawaban paling umum tentu saja berkaitan dengan akademik. Siswa dan mahasiswa merasa AI adalah penyelamat saat tugas menumpuk. Notulen mendadak? Ringkasan jurnal? Ide untuk presentasi? Tinggal ketik. 

Selain itu, 26 persen responden memanfaatkan AI untuk penelusuran daring dan riset data, 14 persen untuk menyelesaikan tugas rumit di kantor, dan sebagian kecil menggunakannya untuk hiburan seperti membuat meme, remix foto, atau sekadar bermain-main dengan pertanyaan absurd. 

Namun, ada satu temuan yang membuat saya termenung sejenak, yakni 6 persen responden menggunakan AI sebagai ”teman” untuk berbicara dan berbagi perasaan. Ya, sebagai teman curhat digital yang setia mendengar tanpa memberikan tatapan untuk menilai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: