Investor justru tertarik pada negara-negara yang memiliki kapabilitas dalam menjamin keamanan jalur-jalur perdagangan, khususnya memiliki AL yang kuat, dengan alasan stabilitas ekonomi yang salah satunya dapat memastikan minat investor asing agar menanamkan modal di negara tersebut. Risiko minimal akan menurunkan ongkos logistik.
PROYEKSI KEKUATAN AL INDONESIA KE DEPAN
Meninjau kekuatan AL dari negara-negara maju, modernisasi wajib dilakukan Indonesia, terutama sebagai negara maritim yang strategis dan visi menuju Indonesia maju.
Penguatan kedudukan TNI-AL dalam pengamanan jalur-jalur perdagangan perlu melibatkan komitmen pemerintah untuk membedakan tugas dan fungsinya sebagaimana dijelaskan Ken Booth, yakni military, constabulary, dan diplomacy.
Adanya lembaga lain di laut seperti Bakamla dan patroli laut lain lintas kementerian membuat Indonesia urgen untuk membatasi ranah dan wewenang tiap lembaga agar tidak saling tumpang tindih.
Adapun AL dapat dikerahkan untuk mengamankan wilayah-wilayah strategis seperti Selat Malaka, Laut Natuna Utara, dan Laut Cina Selatan dengan tingginya intensitas perdagangan yang melewati wilayah-wilayah tersebut.
TNI-AL yang kuat membuat Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap negara-negara lain dalam investasi teknologi maritim, modernisasi armada, serta pelatihan personel.
Tiga aspek penting itu tetap harus ditopang dengan berbagai kerja sama internasional dalam menjaga keamanan jalur-jalur perdagangannya, terutama dengan negara-negara di kawasan Asia dan Samudra Hindia.
Dengan langkah-langkah itu, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai negara maritim yang berdaulat dan maju di kawasan Indo-Pasifik. Semoga momentum HUT Ke-79 TNI beberapa waktu lalu mendorong Indonesia agar dapat terus melengkapi kekuatan AL-nya. (*)
*) Probo Darono Yakti adalah direktur Center for National Defence and Security Studies, deputi direktur Program Emerging Indonesia Project, dan dosen hubungan internasional FISIP, Universitas Airlangga.