Darurat Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kebahagiaan Gen Z

Minggu 13-10-2024,14:00 WIB
Oleh: Surokim As.

KARAKTER DAN LITERASI ABAD KE-21

Pengalaman negara maju mengembangkan program literasi abad ke-21 bisa menjadi best practice dan bekal kita menyusun best future. Penguatan literasi gen Z tidak hanya terbatas pada literasi membaca dan menulis, tetapi juga literasi ekonomi-keuangan, teknologi, digital, hukum, budaya, informasi, dan media. 

Pendidikan karakter abad ke-21 memberikan penguatan karakter dengan mengutamakan nilai seperti kreativitas, inovatif, kritis, kolaboratif, dan komunikatif. Virtue itu tidak hanya relevan untuk menghadapi tuntutan kekinian, tetapi juga esensial untuk membangun kesadaran sosial dan resiliensi yang kuat di kalangan gen Z di masa depan.

Banyak negara telah menerapkan program literasi abad ke-21 untuk memperkuat ketahanan mental warga negara. Seperti halnya Finlandia yang memberikan perhatian terhadap literasi digital dan kritis untuk memerangi disinformasi (Kouvonen, 2001; Viinikka et al., 2019). 

BACA JUGA: Bank Digital RI Tumbuh Pesat! Gara-gara Gen Z?

BACA JUGA: Prof Sautama Dikukuhkan Jadi Guru Besar ke-18 di PCU, Soroti Rendahnya Literasi Keuangan hingga Sikap Konsumtif Gen Z

Singapura melalui literasi teknologi untuk menguatkan ekonomi digital. Program itu mendorong warga untuk menguasai keterampilan digital dan teknologi, mulai usia dini hingga dewasa (Tan et al., 2017). Hal itu juga dilakukan di Amerika Serikat (AS), Korsel, dan Jepang. 

Gen Z membutuhkan penguatan keterampilan (skill) kompetensi abad ke-21. Di antaranya, pemikiran kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), kolaborasi (collaboration), komunikasi (communication), literasi informasi (information literacy), media literasi (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), fleksibilitas (flexibility), kepemimpinan (leadership), inisiatif (initiative), produktivitas (productifity), dan keterampilan sosial (social skills). 

Program literasi abad ke-21 itu berupaya untuk menanamkan nilai (virtue) melalui pendekatan yang lebih adaptif dan kontekstual. Melalui pengajaran terpadu, mereka dapat meningkatkan kompetensi baik hard skills maupun soft skill

BACA JUGA: Gen Z versus Milenial: Ada Perbedaan Signifikan dalam Banyak Aspek Kehidupan

BACA JUGA: 5 Tren Olahraga yang Lagi Hype Digandrungi Gen Z karena Bikin Sehat dan Asyik!

Mereka juga dilatih memiliki growth mindset yang adaptif terhadap perubahan lingkungan yang cepat. Harapannya, akan terbentuk profil gen Z pekerja keras dan tangguh. Selain mereka memiliki modal intelligence quotient, juga emotional quotient, sprititual quotient, ditambah digital quotient dan Indonesia quotient (Nuh, 2022). 

Profil gen Z demikian akan menguatkan ketahanan generasi di dalam menghadapi situasi VUCA yang penuh kompleksitas. Sebagai bagian dari literasi dan sebagai upaya habituasi, para pendidik (guru dan dosen) harus sering mengingatkan dan menanyakan kepada gen Z mengenai seberapa bahagia mereka saat ini. 

GEN Z BAHAGIA

Indeks gen Z bahagia memang belum dirumuskan, tetapi kita bisa mengacu pada indeks negara bahagia (world happiness index) yang dibuat PBB. Indeks itu bisa diadopsi sebagai indikator gen Z bahagia. 

BACA JUGA: Vape Bikin Kulit Gen Z Menua Lebih Cepat! Bagaimana Bisa?

Kategori :