Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Dewan Juri Menyamakan Poin Penilaian

Sabtu 28-09-2024,09:00 WIB
Reporter : Noor Arief Prasetyo
Editor : Noor Arief Prasetyo

HARIAN DISWAY - Menjelang penjurian lapangan Anugerah Patriot Jawi Wetan (APJW) II 2024, tim juri menggelar rapat di kantor Harian Disway, Jalan Wali Kota Mustajab 76 Surabaya, Jumat, 27 September 2024. Selain membahas kesiapan tim dan mematangkan rute, juri juga membahas poin penilaian selama penjurian lapangan.

Rapat dihadiri enam juri yang akan terbagi menjadi dua tim. Tim 1 terdiri dari Taufiqurrahman dari Harian Disway, Dr Gitadi Tegas Supramudyo, Drs, MSi dari FISIP Universitas Airlangga (Unair), dan Drs Jupriono, Msi dari FISIP Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Sedang tim 2 terdiri dari Guruh Dimas Nugraha dari Harian Disway, Probo Darono Yakti M. Hub Int dari FISIP Universitas Airlangga (Unair), dan Doan Widhiandono, S.Sos, M.Ikom dari FISIP Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.

Kedua tim akan berbagi wilayah. Tim 1 wilayah barat dan tim 2 wilayah timur. Penjurian akan mulai dilakukan Senin, 30 September 2024. Dan akan berlangsung selama lima atau enam hari. Terakhir, mereka harus sudah kembali ke Surabaya pada Sabtu, 5 Oktober 2024.

Tim barat meliputi Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kota Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Magetan, Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Nganjuk. Sedang tim timur meliputi Kota Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Jember, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Banyuwangi, Kota Batu, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Pasuruan.

BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Inilah Rute Penjurian Lapangan Tim 2

BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Inilah Rute Penjurian Lapangan Tim 1

Rapat juga dihadiri dua fotografer yang akan mendokumentasikan kegiatan penjurian. Dua fotografer tersebut adalah Moch Sahirol Layeli dan Vincentius Andito Dwijaya Bhakti. Sahirol akan bergabung dengan Tim 1 dan Dito di Tim 2. 

Noor Arief, koordinator juri menjelaskan nantinya akan ditentukan 10 desa terbaik. Peringkat 1, 2, dan 3 serta pemenang tujuh kategori. Ketujuh kategori tersebut adalah Inovasi Harkamtibmas (pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat), Inovasi pertahanan, Inovasi pembangunan dan pelayanan publik, Sinergitas antarlembaga, partisipasi masyarakat, Komunikasi publik atau pemanfaaatan media, dan implementasi program nasional atau provinsi.

Kepada tim juri lapangan, Arief menitipkan agar setiap juri memberi catatan pada setiap desa yang didatanginya. Ini untuk persiapan sidang pleno penentuan peringkat dan pemeng kategori. “Untuk sepuluh besar nanti, tidak harus tim 1 lima desa/kelurahan terbaik dan tim 2 lima desa/kelurahan terbaik. 20 desa/kelurahan kita tandingkan semua,” terang Noor Arief.

Sebelumnya memang saat proses seleksi online, tiap tim diminta memilih 10 desa/kelurahan terbaik dari desa yang mereka seleksi. 20 desa/kelurahan terbaik tersebut dipilih dari 114 desa/kelurahan yang sudah masuk seleksi tahap 2. Semula tiap kabupaten/kota mengirimkan lima desa/kelurahan terbaik untuk kemudian diseleksi menjadi tiga desa/kelurahan terbaik tiap kabupaten/kota.


Tim juri lapangan melihat hasil penjurian lapangan APJW 2023 sebagai bahan pembanding.-Vincentius Andito Dwijaya Bhakti-

Gitadi dan Probo, dua juri akademisi dari Universitas Airlangga (Unair) juga berbagi pengalaman saat penjurian pada APJW 2023. Termasuk hal-hal yang membuat penjurian molor dari jadwal. “Salah satunya adalah seremonial di tingkat kabupaten/kota dan dilanjut dengan di tingkat desa. Ini rasanya yang harus dicarikan solusi,” kata Gitadi.

Setelah berdiskusi, akhirnya disepakati sambutan dari juri tidak akan panjang. Karena mereka akan lebih mementingkan penjurian di lapangan dan melihat inovasi yang sudah dilakukan. “Bila memang ada hiburan di balai desa biar warga tetap menikmatinya dan kita menuju lokasi penilaian. Nanti setelah penjurian, kita kembali ke balai desa menyapa warga sekaligus berpamitan,” kata Gitadi.

Terkait kemungkinan kendala medan jalan, kedua tim sudah menyiasatinya. Salah satunya menghindari medan ekstrem untuk meminimalisir kendala. Itu yang dilakukan pada tim 2. Dari Lumajang, mereka akan menuju Kota Malang dan memilih jalan melingkar lewat jalur tol. “Ada jalur yang lebih pendek tapi medannya cukup ekstrem. Kami akan menghindari itu walaupun harus lebih lama perjalanan,” kata Doan Widhiandono.

Selanjutnya, setiap tim akan koordinasi terkait waktu pemberangkatan di titik awal penjurian. Tim 1 akan menjuri pertama di Jombang dan tim 2 akan menilai pertama kali di Sumenep, Madura. “Kami akan berangkat Senin, 30 September 2024 pagi karena hanya butuh 2-3 jam perjalanan saja menuju Jombang,” terang Taufiqurrahman.

Kategori :