SURABAYA, HARIAN DISWAY - Di area Boulevard, Kampus C Unair, berbagai civitas akademika tampil dengan berbagai kain khas Nusantara. Pawai Unair Berkain, tajuk acara itu. Berlangsung pada Kamis, 17 Oktober 2024.
Unair Berkain merupakan salah satu rangkaian acara dari Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke 37. Tampak para peserta berfoto ria di Halama Boulevard. Dengan desain yang kekinian, kain-kain itu menjelma menjadi pakaian yang modis dan ikonik.
Kain atau wastra tradisional itu memiliki beragam filosofi khusus. Berikut warna, bahan, serta ukurannya. Terdapat dua jenis wastra Nusantara. Yakni wastra reka rakit dan wastra reka latar.
Wastra reka rakit menggabungkan motif-motif tradisional melalui proses perakitan berbagai potongan kain. Kemudian menciptakan pola baru yang unik dan rumit.
BACA JUGA:Dukung Inklusivitas dan Usaha Lokal, Mercure Surabaya Grand Mirama Gelar KarnavALL Batik Indonesia
BACA JUGA:Cara Warga Liponsos Keputih Rayakan Hari Batik Nasional: Bukti Bisa Dilatih dan Berkomunikasi
Rektor Unair memberi sambutan pada acara Unair Berkain-Dinar Mahkota Parameswari-
Sedangkan wastra reka latar lebih fokus pada penggabungan latar belakang motif. Pola utamanya terletak di atas latar yang sudah dihias dengan sentuhan kreatif. Menciptakan kontras visual yang kuat.
Peserta Unair Berkain berbaris memanjang ke belakang. Barisan depan dipandu oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suporter Unair. Snare drum dan bass drum dibunyikan. Bunyi bertalu-talu mengiringi pawai tersebut.
Di antara peserta dan UKM Suporter Unair, terdapat para Duta Nusantara yang menyimbolkan berbagai tokoh di kerajaan-kerajaan di Indonesia. Tetapi fokus utamanya adalah kerajaan yang ada di Jawa Timur, yang berhubungan dengan Raja Airlangga.
Unair Berkain baru pertama kali digelar tahun ini. Rektor Unair Prof Mohammad Nasih menyebut bahwa acara itu diikuti oleh seribu civitas akademika Unair. "Ini merupakan apresiasi bahasa dan budaya yang sangat luar biasa. Antusiasme para civitas akademika juga sangat tinggi," ucapnya.
BACA JUGA:5 Batik Khas Tulungagung, dari Batik Lurik Bhumi Ngrowo hingga Batik Gajah Mada
Yuliati Umrah, penggagas Unair Berkain, menyebut bahwa gelaran tersebut merepresentasikan berbagai suku bangsa dari civitas akademika yang ada di Unair. Sehingga kain tradisional menjadi cerminan budaya dari masing-masing individu di Unair.
Gagasan ajang tersebut didasarkan oleh pepatah Jawa. Dia mengatakan, "Aji ning rogo soko busono atau harga diri kita dilihat dari apa yang kita kenakan. Busana mencerminkan sosok dan perilaku orang itu." Unair Berkain pun selaras dengan motto Unair: Excellent with Morality.