SURABAYA, HARIAN DISWAY - Dulu Surabaya punya jargon Surabaya Berbunga. Bunga bermekaran di mana-mana hasil kolaborasi warga dan masyarakat yang dikemas lewat sebuah lomba. Kini jargon itu banyak diplesetkan Surabaya Berdebu.
Ya, jargon itu muncul setelah pengerjaan sejumlah proyek infrastruktur yang dilakukan secara sporadis menimbulkan dampak sosial. Dampak sosialnya bukan sekadar mobilitas warga yang terganggu, entah macet atau akses jalan yang ditutup. Tapi juga ada dampak yang berkaitan dengan kenyamanan dan kesehatan warga.
Dampak yang berkaitan dengan kenyamana dan kesehatan warga itu tak lain akibat dari debu-debu di sekitar proyek tak kunjung tuntas.
Warga pun banyak yang melontarkan kritikan itu lewat media sosial. Akun-akun warga pun memotret kondisi tersebut. Misalnya debu-debu luar biasa yang terjadi akibat proyek gorong-gorong di Jalan Kranggan dan Jalan Mayjen Sungkono.
Debu-debu itu hadir diperparah dengan puncak panas yang terjadi di Surabaya.
Salah satu yang sangat terdampak dengan debu-debu proyek itu adalah para pemilik warung makan di Jalan Kranggan
Salah satunya Ita Supriyatin. Dia mengaku lebih sering melakukan bersih-bersih hingga membuka setengah pintu untuk meminimalisir debu masuk.
"Biasanya bersih-bersih sehari dua kali, sekarang bisa sampai lima kali. Sejak perbaikan ini, usaha juga jadi sepi banget. Debunya banyak, orang jadi mikir-mikir kalau mau mampir makan," ujar Ita kepada Harian Disway.
Perbaikan Jalan yang belum rampung juga membahayakan pengendara. Tak sedikit kendaraan yang melintas di dua jalan itu mengalami ban terselip atau terpeleset batu-batu kerikil.
BACA JUGA:Perbaikan Jalan Tak Kunjung Usai, Dua Minggu Jalan Kranggan Bubutan Penuh Debu
Menanggapi keluhan masyarakat, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi membenarkan bahwa debu-debu itu berasal dari proses pengaspalan dan peninggian jalan.
"Aspalnya akan dibuat tinggi beberapa sentimeter supaya tidak banjir ketika musim hujan tiba. Baik di Jalan Kranggan maupun di Jalan Mayjend Sungkono," ujarnya, Minggu, 20 Oktober 2024.
Selain berdebu dan jalan berkerikil, lamanya proses perbaikan jalan juga menjadi perhatian publik. Syamsul menuturkan proses pengaspalan dan peninggian jalan dilakukan secara berlapis-lapis.
Di Jalan Kranggan, rencananya akan diaspal sepanjang 200 meter dengan tinggi 20 - 30 centimeter. Ada dua lapisan aspal. Pengaspalan pertama sudah dikerjakan pada Sabtu malam, 19 Oktober 2024.
Tinggal lapisan aspal kedua yang akan dikerjakan nanti malam, Minggu, 20 Oktober 2024. Meski lama, DSDABM Kota Surabaya berkomitmen untuk menyelesaikan proyek perbaikan jalan sebelum musim hujan tiba.