Miris, Beginilah Jadinya saat Pria Posesif Marah

Kamis 24-10-2024,10:19 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Tersangka pembunuh Robiatul Adawiyah, 28, di Semarang ternyata sang pacar, M. Adhi Nugroho, 28. Selama pacaran 10 bulan, Adhi membatasi pergaulan korban. Sampai, Adhi melihat Robiatul diboncengkan motor pria sepulang kerja. Lalu, korban dihujani 15 tikaman. ”Saya puas bunuh dia,” ujar Adhi di konferensi pers, Selasa, 22 Oktober 2024. 

PELAJARAN yang bisa dipetik dari kasus ini ada dua. Pertama, status sosial pasangan tidak seimbang. Kedua, pria posesif (Adhi). Posesif adalah perilaku seseorang merasa menjadi pemilik atas pasangan atau orang lain. Akibatnya, ia merasa berhak mengontrol, mengatur, dan menguasai pergaulan orang lain secara berlebihan.

Robiatul asal Karanggeneng, Godong, Kabupaten Grobogan, Jateng. Dia pegawai BCA Semarang bagian call centre. Dia berkenalan dengan Adhi melalui situs kencan online pada Januari 2024. Kemudian, mereka kopi darat, berkenalan langsung.

BACA JUGA:Jangan Remehkan Kemarahan yang Ada di Mana-Mana

BACA JUGA:Rakyat Marah

Adhi asal Semarang, bekerja sebagai satpam di sebuah klinik kecantikan di Semarang. Sudah telanjur berkenalan, meski status sosial mereka berdasar pekerjaan beda jauh (perempuan lebih tinggi), toh mereka berpacaran. 

Di konferensi pers setelah Adhi diringkus polisi, Selasa, 22 Oktober 2024, ia mengatakan, di awal perkenalan mereka, Adhi langsung mengatakan ke Robiatul bahwa dirinya ingin serius. Maksudnya menikahi. Namun, Robiatul tidak segera menjawab soal itu. Tentu butuh proses.

Proses selanjutnya, Adhi mendesak Robiatul mengajak dari Semarang ke rumah ortu Robiatul di Grobogan. Pergilah mereka ke sana. Adhi menegaskan ke ortu Robiatul bahwa ia berniat menikahi Robiatul.

BACA JUGA:Marahi Pemabuk, Dituntut Setahun Penjara

BACA JUGA:Mengenang Ny Jd. Oei Teng Hong alias Hu Siang Nio (1921-2024): Tak Pernah Marah, Tak Pernah Cemburu

Setelah itu, Adhi merasa bahwa dirinya dan Robiatul sudah berkomitmen untuk akan menjadi suami istri. Sebaliknya, Robiatul tiak bisa dikonfiemasi karena sudah meninggal. Maka, saat itu Adhi mengeluarkan peraturan, mulai saat itu Robiatul dilarang bergaul dengan pria. 

Menanggapi aturan tersebut, Robiatul menolak. ”Dia katakan waktu itu, kita ini makhluk sosial. Artinya, pasti bergaul dengan orang lain, dengan siapa saja. Jadi, jangan membatasi aku bergaul,” ujar Adhi. ”Terus, kami berdebat, cekcok.”

Karena tanggapan Robiatul seperti itu, Adhi tambah gila. Ia membikin akun medsos palsu, khusus untuk memantau kegiatan pacarnya di medsos. Juga, punya nomor HP lain dengan identitas palsu, sekadar supaya bisa masuk di grup WA pacarnya sebagai mata-mata.  

Adhi: ”Saya juga selalu ngetem (memantau) di dekat tempat kerjanya, juga di dekat tempat kosnya. Siapa tahu dia sama cowok lain. Kami kan sudah komitmen.”

Pantauan Adhi terhadap Robiatul total. Intinya, semua gerak sosial Robiatul tak luput dari pemantauan Adhi. Suatu hari Robiatul mengunggah di grup WA, bahwa dia baru saja selamat dari kecelakaan motor, dia diboncengkan motor oleh teman pria. Untung, keduanya selamat, cuma lecet.

Kategori :

Terkait