Penggunaan Kelapa Non-Standar dalam Produksi Bioavtur: Peluang dan Tantangan

Sabtu 02-11-2024,05:03 WIB
Reporter : Neha Hasna Maknuna*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Itu sejalan dengan beberapa negara maju yang juga memiliki target SAF, seperti Finlandia (30 persen), Norwegia (30 persen), Belanda (14 persen), Jepang (10 persen), serta Prancis dan Jerman yang menetapkan 2 persen.

Dalam pengujian yang dilakukan oleh IJBNet di Jepang menggunakan metode Hydroprocessed Esters and Fatty Acids (HEFA), minyak kelapa menunjukkan konversi menjadi bioavtur hingga 60 persen, yang lebih tinggi dibandingkan bahan nabati lainnya yang rata-rata mencapai 40 persen.

Saat ini, produsen bioavtur global seperti Neste Oil di Singapura memproduksi bioavtur berbasis minyak kelapa sawit dengan kapasitas mencapai 1 juta ton per tahun.

BACA JUGA:Pemerintah Akan Evaluasi Lebih Dari 500 Perizinan Perusahaan Sawit

BACA JUGA:Capai Produksi 56 Juta Ton dan Ekspor 26,33 Juta Ton, Indonesia Jadi Produsen Sawit Terbesar Dunia

Penggunaan minyak kelapa sebagai bioavtur pertama kali diperkenalkan oleh Virgin Atlantic dalam penerbangan dari London ke Amsterdam pada Februari 2008, dengan kandungan minyak kelapa mencapai 25 persen.

Pada tahun 2011, komposisinya telah meningkat hingga 50% seiring dengan kenaikan jumlah maskapai yang memanfaatkan bioavtur berbahan kelapa.

Menurut data Kementerian Pertanian, Indonesia memiliki lahan kelapa seluas 3,5 juta hektar yang menghasilkan sekitar 14,4 juta ton kelapa per tahun.

Dirinya juga membahas soal rencana pembangunan pabrik bioavtur di Indonesia.

"IJBNet berencana mendirikan pabrik bioavtur di Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi dengan target produksi mencapai 1 juta ton per tahun," tambahnya. 

Berdasarkan survei IJBNet, sekitar 30 persen dari kelapa di kedua pulau tersebut diklasifikasikan sebagai kelapa non-standar

Dalam perkembangan lainnya, tahun 2015 Pertamina telah mengumumkan rencana pembangunan pabrik bioavtur berkapasitas 260 juta liter per tahun yang kemudian direvisi pada tahun 2023 menjadi 8000 barel per hari.

Sementara itu, Dewan Pakar Maporina, Suyoto menjelaskan bahwa Pertamina pernah melakukan uji coba pesawat menggunakan bahan bakar minyak kelapa. 

"Pada September 2024 pertamina melakukan uji coba pertama bioavtur berbahan dasar minyak kelapa pada penerbangan komersial Virgin Australia," katanya. 

Hal ini menunjukkan kesiapan industri nasional dalam memenuhi kebutuhan energi terbarukan di sektor penerbangan.

Perkembangan tersebut mendapat dukungan pemerintah dan akan dibangun pabrik minyak kelapa di banyuasin. 

Kategori :