Iringan musik Eropa klasik dimainkan dan berhasil memperkuat suasana. Heny Janawati selaku art director dan Patrisna May Widuri sebagai conductor, mengungkapkan kebanggaannya atas kesuksesan acara itu.
“Saya benar-benar bangga kepada teman-teman yang terlibat dalam acara malam ini,” ujar Heny. Menurutnya, Carmen adalah karya istimewa yang memerlukan persiapan panjang.
Salah satu adegan paling menyentuh, saat Don José diliputi penyesalan dan kepedihan setelah mengakhiri hidup Carmen dalam momen yang penuh haru.-Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY
Latihan dilakukan selama setahun, dengan durasi 8 hingga 10 jam sehari. Tantangan muncul karena keterbatasan waktu dan lokasi para pemain yang berasal dari berbagai daerah.
Heny mengatakan, “Tantangan terbesarnya ada pada masalah waktu. Pun, karena menggunakan bahasa Prancis, kami perlu latihan cukup lama untuk mendapatkan penjiwaan tiap karakter.”
BACA JUGA:Sejarah Pertunjukan Sirkus, Konsep Hiburan yang Eksis sejak Era Roma Kuno
BACA JUGA:Warga Kampung Majapahit Bejijong Rayakan HUT Ke-79 RI Dengan Pertunjukan Seni
Acara itu sukses menghadirkan sebuah pengalaman seni yang tak terlupakan bagi para penonton di Surabaya.
Melalui dedikasi dan kerja keras para pemain, mereka berhasil menampilkan kisah cinta yang penuh gairah dan tragis itu dengan penuh penghayatan.
Heny dan Patrisna berharap pertunjukan seperti itu bisa menginspirasi masyarakat luas dan membawa perkembangan bagi dunia opera di Indonesia, khususnya Surabaya.
Komitmen untuk menghadirkan seni pertunjukan yang berkualitas itu bisa jadi adalah langkah awal menuju kebangkitan opera yang lebih luas dan meriah di masa depan.(*)
*) Peserta magang Harian Disway, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Airlangga.