Tatkala Mahasiswa Lintas Negara Bangun Potensi Desa di Mojokerto (1): Gugah Kesadaran Lewat Bersih Sungai

Mahasiswa lintas negara memungut sampah dan ranting-ranting pohon yang sudah ditebang di sungai Desa Jembul, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Sabtu, 26 Juli 2025.-PCU for Harian Disway-
Mahasiswa lintas negara berkumpul di desa Kabupaten Mojokerto. Mereka hidup berbaur bersama warga. Tanpa jarak. Bahu-membahu mengajar anak-anak, menghidupkan potensi desa, hingga perbaikan lingkungan. Itu bagian dari program International Community Outreach Program (iCOP) yang digagas Universitas Kristen Petra Surabaya.
---
KICAU burung dan gemericik air dari aliran sungai mengisi pagi di Desa Jembul, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Sabtu, 26 Juli 2025. Di tengah suasana asri itu, sebanyak 26 mahasiswa dari berbagai negara memulai hari lebih awal.
Hamparan sawah hijau membentang sejauh mata memandang. Sejuk. Dari kejauhan, siluet Gunung Anjasmoro berdiri kokoh. Menjadi latar yang sempurna. Para mahasiswa bersemangat memulai aktivitas.
Ya, sejak pukul 06.00 WIB, para mahasiswa dari Korea Selatan, Belanda, Hongkong, Jepang, Taiwan, dan Indonesia melakukan aksi bersih-bersih di sungai desa itu. Mereka kompak mengenakan kaus hijau tosca. Dipadu dengan celana training hitam dan memakai boots kuning.
Suara kecipak air memecah kesunyian saat boots para mahasiswa menjejak permukaan sungai dan mulai menyibak alirannya.
Tumpukan sampah plastik, botol bekas, dan popok bayi mulai diangkat. Dengan cangkul, jaring, dan karung goni, para mahasiswa gotong royong membersihkan jalur air dari tumpukan sampah.
Memang, di desa itu tak ada tempat pembuangan sampah (TPS). Pun, kesadaran warga terhadap lingkungan belum merata. Itulah yang menggugah puluhan mahasiswa, bersama Komunitas Sungai Watch, melakukan aksi bersih-bersih sungai.
BACA JUGA:Membaca Warisan Budaya Lewat Karya Mahasiswa DFT PCU di Innofashion Show 2025
BACA JUGA:PCU Luncurkan Magister Desain untuk Cetak Inovator Phygital Masa Depan
Total sampah yang terangkut seberat 887 kilogram. Sampah-sampah itu kemudian dibawa Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto ke penampungan akhir, khususnya limbah berbahaya. Sementara itu, sampah nonorganik dipilah dan dikelola oleh Sungai Watch.
Sebagai tindak lanjut, Pemkab Mojokerto menyiapkan program TPS Desa Kelola Rumah (DKR) di setiap desa. Warga bisa menggunakannya untuk memilah sampah. Serta mengolahnya secara terpola agar tidak menumpuk di tempat pembuangan akhir.
Program pengelolaan sampah berbasis komunitas mulai diterapkan di lingkungan desa dengan pendekatan door to door. Bahkan, melibatkan ibu-ibu PKK sebagai garda depan dalam pengambilan sampah organik langsung dari rumah warga. Setiap rumah tangga didatangi secara bergilir.
Sampah organik yang dikumpulkan tidak langsung dibuang, melainkan diolah melalui TPS yang dikelola oleh ibu-ibu PKK. Proses pengolahan tersebut menggunakan alat inseminator yang telah disiapkan pemerintah setempat.
”Kami terus berproses. Kalau warga kembali lagi (buang sampah ke sungai, Red), ya, harus kita edukasi lagi sampai semua pada titik kesadaran itu bisa baik,” kata Bambang Purwanto, Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemkab Mojokerto.
BACA JUGA:Siap Cetak Dokter Gigi Masa Depan, FKG PCU Dilengkapi Fasilitas Canggih dan Kurikulum Inovatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: