Tatkala Mahasiswa Lintas Negara Bangun Potensi Desa di Mojokerto (1): Gugah Kesadaran Lewat Bersih Sungai

Tatkala Mahasiswa Lintas Negara Bangun Potensi Desa di Mojokerto (1): Gugah Kesadaran Lewat Bersih Sungai

Mahasiswa lintas negara memungut sampah dan ranting-ranting pohon yang sudah ditebang di sungai Desa Jembul, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Sabtu, 26 Juli 2025.-PCU for Harian Disway-

BACA JUGA:Dosen PCU Komentari #KaburAjaDulu, Wujud Keresahan Anak Muda, Antara Realita dan Harapan

Head of Operations Java Region Sungai Watch Yudi Susanto ikut mengedukasi siswa SD, SMP, hingga SMA untuk membentuk kebiasaan membuang sampah yang benar sejak dini. Program itu dipandang lebih efektif ketimbang menyasar kelompok usia dewasa yang cenderung sulit berubah pola pikirnya.

“Anak-anak lebih mudah mengikuti pola hidup bersih, bahkan bisa jadi pengingat bagi orang tua mereka agar tidak buang sampah sembarangan,” ujar Yudi. 

Mahasiswa asing dari Inholland University of Applied Science, Belanda, turut ambil bagian dalam program iCOP yang digagas Universitas Kristen Petra itu.

Salah satu peserta, Danielle Muizellaar, mengaku sangat menikmati pengalaman selama sembilan hari berada di desa tersebut. 

Ia ikut terlibat dalam kegiatan bersih-bersih sungai bersama peserta KKN internasional lainnya.

“Orang-orang di sini sangat ramah. Kami diperlakukan seperti keluarga sendiri,” ujar perempuan yang mengambil studi manajemen pariwisata itu.

Danielle menyebutkan, tidak ada program serupa di kampusnya di Belanda. Dia mengetahui informasi mengenai iCOP dari email kampus. Kemudian mendaftar karena tertarik dengan pengalaman lintas budaya yang ditawarkan.

BACA JUGA:Screening Dokumenter Mahasiswa PCU di CGV Surabaya, Usung Tema Yang Terpinggirkan

BACA JUGA:Rayakan Valentine dengan Kreativitas, PCU Gelar Workshop Flower Cookies Decoration

Selama berada di Jembul, Danielle dan peserta asing lainnya tinggal di rumah warga dan menjalani aktivitas seperti masyarakat lokal.

Salah satu pengalaman paling berkesan baginya adalah menikmati makanan khas Indonesia langsung dari dapur warga.

“Di Belanda juga ada makanan Indonesia, tapi rasanya berbeda. Di sini saya suka dengan tempe, nasi goreng, dan pisang goreng. Semuanya enak,” ujarnya.

Meski sempat mengalami sedikit culture shock, terutama terkait jenis toilet yang digunakan, Danielle mengaku tidak mengalami kendala berarti.

Dia juga bersyukur tidak mengalami gangguan kesehatan selama tinggal di desa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: