Heri Lentho, seniman yang pernah mementaskan Cak Durasim dalam lakon Kepaten Obor. Baginya, Cak Durasim adalah pahlawan yang rela menderita demi kemerdekaan Indonesia.-Vincentius Andito-HARIAN DISWAY
Di bawah kepemimpinannya, ludruk menjadi media propaganda nasionalisme yang sangat kuat dan mudah dipahami serta diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal itu membuat kelompok ludruk Cak Durasim sering diawasi. Bahkan beberapa kali dibatasi oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, ludruk dijadikan alat propaganda untuk kepentingan mereka dalam mengambil hati rakyat. Namun, Cak Durasim malah melawan dengan parikan legendarisnya tersebut.
Pesan kritis itu membawa konsekuensi besar bagi Cak Durasim, yang akhirnya ditangkap dan dipenjara di Kalisosok, Surabaya.
BACA JUGA:Peringati Hari Pahlawan, BRI Salurkan Bantuan Beasiswa Bagi Anak TNI dan Polri
Cak Durasim wafat pada tahun 1944. Banyak versi yang mengisahkan tentang kematiannya. Ada yang mengatakan bahwa ia meninggal di dalam penjara.
Namun, ada pula yang meyakini bahwa ia dibunuh oleh Jepang saat hendak menggelar pementasan ludruk. Jenazahnya dimakamkan di kompleks pemakaman Tembok, Surabaya.
Patung Cak Durasim pun berdiri tegak di depan gedung dengan namanya itu. Di bawah patungnya tertulis parikan legendarisnya.
Keberadaan gedung Cak Durasim menunjukkan peran pemerintah Jawa Timur dan Surabaya dalam memopulerkan kembali nama Cak Durasim. Sebagai sosok pegiat seni sekaligus pejuang. Sekaligus sebagai ruang kesenian yang dapat dimanfaatkan oleh para seniman.
BACA JUGA:Ini Pesan Khofifah Untuk Para Pemuda di Peringatan Hari Pahlawan
“Terkait gedung Cak Durasim, peran pemerintah cukup baik dengan menyediakan fasilitas dan ruang berkesenian yang mengikuti standar,” ungkap Kuncar.
Ia pun melihat gedung itu sebagai tempat yang menyatukan seni dan sejarah. Sekaligus memperkuat ikatan emosional masyarakat Surabaya terhadap warisan lokal mereka. “Gedung Cak Durasim melengkapi ikon cultural tourism di Surabaya. Sebagai gedung pertunjukan seni terbaik di kota ini,” pungkasnya.
Masyarakat Surabaya, terutama kalangan seniman, menaruh kepedulian terhadap sosok Cak Durasim. Budayawan Heri Lentho, misalnya, pernah mementaskan tokoh tersebut dalam lakon berjudul Kepaten Obor.
Wisatawan asing berfoto dalam gelaran Hari Musik Nasional di depan Gedung Cak Durasim, kompleks Taman Budaya Jawa Timur.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Sambut Hari Pahlawan, SMA Cita Hati Surabaya Gelar Veteran Day