SURABAYA, HARIAN DISWAY – Nama Akhudiat sebagai maestro teater dan sastra dari Surabaya sangatlah besar perannya. Ia telah mengabdikan lebih dari 75 tahun hidupnya pada dunia teater dan sastra. Akhudiat meninggal pada 7 Agustus 2021.
Atas dedikasinya itu, Sanggar Lidi Surabaya menggelar acara Dharma Seni untuk Negeri VI. Mementaskan naskah berjudul Grafito karya Akhudiat yang ditulisnya pada 1972. Sebuah naskah besar pertama Akhudiat yang sangat populer.
Sebab hingga sekarang masih menjadi naskah pilihan berbagai festival maupun lomba teater di Indonesia. Naskah itu sekali lagi digarap oleh Totenk MT Rusmawan. Ia bertindak sebagai sutradara yang sekaligus mengadaptasi naskah.
Grafito dipentaskan di Gedung Balai Pemuda Surabaya nanti malam, Selasa, 12 November 2024 19.00 WIB. Pembelian tiket bisa melalui situs resmi www.cakrawalakata.com atau menghubungi 082141968932. Harga tiket sebesar Rp 50 ribu. --Sanggar Lidi Surabaya
BACA JUGA: Pertunjukan Teater Yannick Stasiak di SMKN 12 Surabaya, Sajikan Simbol Kelahiran-Kematian
"Naskah ini diadaptasi sesuai karakter Sanggar Lidi Surabaya. Selain faktor memaksimalkan ketersediaan aktor, paradigma yang berkembang dewasa kini, juga turut menjadi rujukan penyesuaian pemanggungan Grafito," katanya.
Dijelaskan Totenk, walaupun karya itu diciptakan pada 1972, tapi isu yang diusung Akhudiat tetap relevan dalam memotret realitas sosial Indonesia. Dari konflik antar agama sampai konflik yang menyertainya.
"Khususnya dalam menyikapi hubungan privat terkait perkawinan yang melibatkan dua insan berbeda agama," kata Totenk. Karena itu, Totenk berupaya menerjemahkannya lagi. Naskah asli ini ditulis dalam satu babak dengan dua puluh adegan.
Latihan Grafito bersama Totenk MT Rusmawan (kiri) sebagai sutradara. Naskah karya Akhudiat itu sekali lagi digarap oleh Totenk dengan mengadaptasinya sesuai kondisi sekarang. --Sanggar Lidi Surabaya
BACA JUGA: Teater (Non) Industri
Bercerita tentang romansa dari dua orang kekasih yang berbeda agama. Dengan cara itu, karya ini seolah mewujud drama realis. “Akhudiat telah memberi ruang yang luas, untuk kiranya dalam pengalihan ke dalam panggung," ungkap Totenk.
"Juga diberikan banyak misteri dengan memunculkan pengadegan-pengadegan surealis, sehingga misteri-misterinya dapat diberikan kepada penonton untuk terlibat menginterpretasi siratan yang disampaikan pertunjukan,” paparnya.
Alumni Bengkel Teater Rendra ini juga mengatakan teater ini akan menyajikan gaya bahasa personifikasi, repetisi, hingga satire. Sanggar Lidi mengemas Grafito dengan dialog yang kritis dan reflektif untuk mengambarkan misteri kehidupan.
Sejumlah anak-anak yang diajak bermain dalam Grafito yang akan menyajikan gaya bahasa personifikasi, repetisi, hingga satire. Sanggar Lidi mengemas Grafito dengan dialog yang kritis dan reflektif untuk mengambarkan misteri kehidupan. --Sanggar Lidi Surabaya
BACA JUGA: Martcapada, Imajinasi Teatrikal Teater Kusuma dalam Dies Natalies Untag ke-35
"Juga bagaimana manusia dan masyarakat memaknai cinta,” tegasnya. Diceritakannya, Grafito mengisahkan tokoh utama bernama Limbo, seorang pemuda Katolik, yang mencitai Ayesha, gadis Muslim. Mereka memiliki cinta yang mereka tulus.
Namun, hubungan mereka mendapat tantangan besar karena perbedaan agama. Keinginan mereka menikah terbentur oleh pandangan agama dan ketidaksetujuan dari para pemimpin agama, kiai, dan pastor.
Munculnya tokoh Kamajaya dan Dewi Ratih, simbol cinta dalam budaya Jawa, menambah dimensi spiritual yang mengajak kita merenungkan makna cinta yang melampaui batas agama. Garfito tidak hanya tentang cinta yang diuji oleh perbedaan.