BACA JUGA:Spotify Pasang Iklan Denny Caknan di Barcelona, Dukungan untuk Musisi Indonesia
Somali juga menuai kemarahan di Korea Selatan atas perilakunya di sekitar Patung Perdamaian di Seoul, yang juga dikenal sebagai patung Comfort Women.
Patung tersebut sangat berarti untuk masyarakat Korea Selatan. Sebab, patung itu diartikan sebagai simbol untuk mengenang puluhan ribu wanita Korea yang dipaksa menjadi budak seksual oleh pasukan Jepang selama Perang Dunia II.
Dalam video itu menunjukkan Somalia yang mencium patung tersebut. Ia juga memotret dirinya yang sedang mencium patung itu dan menunjukkannya kepada orang-orang yang lewat di Seoul.
Parahnya, Somali melakukan hal tak senonoh seperti menari vulgar sambil membuka bajunya di samping patung itu. Kemudian ia pun meminta maaf.
Dilansir dari Agence France-Presse, Somali tidak mengetahui arti dan betapa pentingnya patung tersebut.
BACA JUGA:Sejarah Pertunjukan Sirkus, Konsep Hiburan yang Eksis sejak Era Roma Kuno
BACA JUGA:Veronica Tan Viral Setelah Hadir di Podcast Melaney Ricardo, Bahagia Setelah Cerai dari Ahok?
Laporan dari Yonhap, Somali sempat dipukuli beberapa kali oleh masyarakat Korea Selatan yang geram, termasuk satu kali oleh sesama livestreamer lainnya.
Baik pihak berwenang maupun penduduk setempat, sering mengecam tindakan para sejumlah “pengganggu” dari luar negeri seperti Somali.
Johnny Somali Jadi Terdakwa di Korea Selatan Karena Tindakan Kontroversi--Instagram @johnnysomalia
Di Jepang, mereka dikenal karena menipu pemeriksaan tiket di kereta, membuat keributan di toko-toko serba ada, dan mengganggu penumpang di kereta bawah tanah.
Bahkan tahun lalu, pihak berwenang Jepang sempat menangkap Somali karena dicurigai masuk tanpa izin ke sebuah lokasi konstruksi.
BACA JUGA:Baru 20 Tahun! Inilah Segudang Prestasi Harashta Haifa Zahra, Miss Supranational 2024
BACA JUGA:Budaya Nusantara Antarkan Harashta Haifa Zahra Raih Gelar Miss Supranational 2024
Dia juga mengejek para penumpang Jepang atas pengeboman atom AS di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II. (*)