BACA JUGA: PDAM Surabaya Lirik Bisnis Air Minum Kemasan
“Dari hasil penelitian menunjukkan kandungan BPA di galon air minum sudah hampir tidak ada lagi, dan yang tersisa pun tidak mudah luruh. Potensi luruh hanya terjadi padakondisi yang sangat ekstrem," paparnya.
"Misalnya, jika dipanaskan dalam suhu lebih dari 250 derajat Celcius,” terangnya. Kenyataannya, dalam proses produksi AMDK tidak ada proses pemanasan yang terjadi. Hanya mungkin terpapar matahari pada proses distribusi.
Itupun dengan suhu di bawah 50 derajat Celcius. Oleh karena itu, risiko migrasi BPA ke air minum dari kemasannya akan sangat kecil. “Masyarakat tidak perlu khawatir dengan risiko paparan BPA pada kemasan galon berbahan polikarbonat," ujarnya.
BACA JUGA: Brimob Polda Jatim Sediakan Air Minum Gratis Untuk Penonton GBT
"Apabila sudah mendapat izin edar BPOM, maka itu menjadi jaminan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi, ” ujar Nugraha. Selama ini BPA sering dituding sebagai salah satu penyebab risiko permasalahan kesehatan.
BPA dianggap dapat menyebabkan infertilitas, gangguan hormon, memicu kolesterol serta menyebabkan kanker. Namun, beberapa ahli di bidang kesehatan didukung penelitian ilmiah, memiliki pandangan yang berbeda.
Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan dari Tzu Chi Hospital dr. Ervan Surya, Sp.OG menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada studi ilmiah yang konklusif mengenai pengaruh luruhan BPA terhadap infertilitas.
Dr. dr. Laurentius Aswin Pramono Sp.PD-KEMD (kiri) dan Prof. Dr. Nugraha Edhi Suyatma, S.T.P., DEA (tengah) yang membahas belum adanya studi yang membuktikan bahwa kandungan BPA ditemukan pada air minum dalam kemasan galon. --
BACA JUGA: Berton-ton Air Minum untuk Kampanye Akbar AMIN Ini Didonasikan Relawan AMIN Tanpa Pamrih Lho!
Bahkan berdasarkan hasil studi yang beliau temukan, tidak ada korelasi antara BPA dengan gangguan kesuburan. “Infertilitas dapat terjadi karena pengaruh gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, dan olahraga yang terlalu berat," terangnya.
"Merokok jelas-jelas terbukti sebagai salah satu penyebab gangguan kesuburan. Tapi masyarakat tidak khawatir akan hal ini, malah cenderung panik dengan isu lain yang belum terbukti kebenaran fakta ilmiahnya. Contohnya BPA ini,” kata Ervan.
Dijelaskan pula oleh oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ahli Endokrin-Metabolik Dr. dr. Laurentius Aswin Pramono Sp.PD-KEMD. Bahwa belum ada sama sekali kesepakatan bahwa BPA menyebabkan diabetes atau kanker.
BACA JUGA: Menteri Basuki Apresiasi Pembangunan Jaringan Perpipaan Transmisi Air Minum IKN
"Belum ada bukti penelitian ilmiah pada manusia. Yang ada hanya penelitian di laboratorium dengan hewan,” terangnya. Ditegaskannya, isu BPA menyebabkan diabetes, kolesterol tinggi, kanker, infertilitas dan lain-lain, adalah mitos menyesatkan.
Tidak ada satu pun dari penyakit ini yang disebabkan oleh BPA. Penyebab diabetes bukanlah BPA, melainkan penurunan produksi insulin akibat gaya hidup yang kurang baik, dan usia.
"Demikian pula dengan kanker, infertilitas, obesitas, dan berbagai penyakit degeneratif lainnya,” tegasnya. Tubuh manusia juga memiliki kemampuan untuk memetabolisme berbagai zat kimia termasuk BPA.