Rangkaian acara dimulai dengan tur Kota Lama Gresik pada sore hari, dilanjutkan dengan pembacaan cerpen dari buku Tinutur yang menceritakan keunikan Gresik. Achmad Zainuri, seniman teater sekaligus penulis, berbagi cerita tentang bukunya.
BACA JUGA: Makam Peneleh, Jejak Sejarah Cagar Budaya, Kolaborasi Pemugaran Indonesia-Belanda
Penulis buku berjudul Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya itu tampak antuasias dalam diskusi publik. Dengan kehadiran Perpustakaan Lokalisier, Dewi menekankan pentingnya menghidupkan kembali semangat literasi di era digital.
Achmad Zainuri (kanan), seniman teater dan penulis, berbagi cerita tentang bukunya yang berjudul Pangung Senyap Bengkel Muda Surabaya. --Sualoka Hub
“Kami ingin perpustakaan ini menjadi ruang interaksi yang nyaman dan menarik bagi masyarakat, terutama di tengah kawasan heritage seperti Kampung Kemasan,” ungkapnya. Terkait hal itu, budayawan Gresik, Kris Adji AW, memberikan respons positif.
Ia takjud dengan atas inisiatif ini. Menurutnya, Lokalisier tidak hanya meningkatkan minat baca. Tetapi jadi upaya kreatif untuk melestarikan cagar budaya. “Saya bersyukur ada perpustakaan di tengah kawasan bersejarah ini," katanya.
"Ini langkah penting untuk mendekatkan literasi dengan masyarakat. Di sini kita menemukan tempat, selain kafe juga diresmikan perpustakaan," sambung dia. Ia mengapresiasi kepada Yayasan Gang Sebelah yang aktif bergerak.
Khususnya dalam peningkatan minat baca dan literasi. Termasuk juga bagian dari upaya kreatif untuk pelestarian cagar budaya. "Saya berterima kasih karena ini upaya untuk peningkatan minat baca dan pengembang literasi," pungkasnya. (*)
*) Mahasiswa magang dari jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga