Kisah Inspiratif Bu Rudy, Dari Penjual Gorengan Hingga Ikon Kuliner Surabaya

Rabu 20-11-2024,19:00 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Guruh Dimas Nugraha

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mengadakan pameran bertajuk Demo Day Wirausaha Merdeka (WMK) 3. Selain pameran, ada juga talkshow yang diisi oleh Pendiri Sambal Bu Rudy, Ie Lanny Siswadi.

Ikon kuliner Surabaya itu berhasil menarik animo mahasiswa. Beberapa bangku depan panggung terisi Dengan model rambut khasnya dan dress batik motif Jogja, Bu Rudy menarik perhatian mereka.

Meski usianya menginjak 70 an, perempuan asal Madiun itu masih bersemangat. Di atas panggung, dia bercerita tentang kisah hidupnya yang inspiratif.

"Sebelum saya di titik ini, dulu saya itu orang termiskin di kampung saya," ucapnyi, membuka sesi talkshow. Dia bercerita bahwa dulu saat SD, Bu Rudy sering telat masuk kelas. Bahkan setiap Senin, dia harus ikut upacara di depan gerbang sekolah. Alasannya, karena saat pagi, sebelum berangkat sekolah, dia selalu membantu ibunya menyiapkan gorengan untuk dijual.

BACA JUGA:Inovasi Alat Pemotong Daun Tembakau: Pengabdian Masyarakat oleh Dosen dan Mahasiswa Teknik Mesin Untag Surabaya

BACA JUGA:Martcapada, Imajinasi Teatrikal Teater Kusuma dalam Dies Natalies Untag ke-35


Bu Rudy memberikan materi tentang perjalanan kisahnya membangun bisnis kuliner. -Vincentius Andito-HARIAN DISWAY

Rutinitas itu dia jalani dengan tekun. Dia selalu bangun jam 4 pagi. Kemudian membantu ibunya. Kedisiplinan itu terbentuk karena keadaan. Membuatnyi menjadi pribadi yang kokoh. Dia tak pernah malu untuk memulai sesuatu.

Pada 1978, Bu Rudy menikah. Saat itu, dia bersama suaminyi merintis usaha sepatu. "Akhirnya saya dan Pak Rudy bisa membuka toko sepatu di Pasar Turi pada 1983," jelasnyi. Nama tokonya: Sepatu Abadi. Perlahan omzet mereka naik.

Keduanya sukses. Mereka membuka 22 gerai. Bu Rudy pun membuka bisnis sampingan kuliner nasi pecel pada 1995. Seiring waktu, usaha kulinernyi juga ikut tumbuh.

"Saya itu enggak sengaja dulu bikin nasi udang, eh, malah makin ramai," tuturnyi. Dia menganggap bahwa dirinyi bukanlah orang yang pandai memasak. Bu Rudy hanya peka terhadap rasa. Sehingga tiap makanan yang dicicipi bisa diolah menyesuaikan rasa yang dia inginkan.

BACA JUGA:Seminar Industrial Insight PKA Untag Surabaya, Mengupas Stigma Gen Z di Dunia Kerja

BACA JUGA:Himanata Untag Surabaya Hadirkan 5 Pojok Literasi untuk Anak


Bu Rudy ketika akan pergi setelah memberikan materi di Demo Day WMK 2024. -Vincentius Andito-HARIAN DISWAY

Ternyata, rasa itu cocok di lidah pelanggan. Bisnis kulinernyi pun makin berkembang. Hingga suatu saat, beberapa pelanggan menyarankannyi untuk menyewa tempat. Saran pelanggan itu direspons olehnyi. Dia pun memindahkan usahanyi ke jalan Dharmahusada.

Kategori :