Pernyataan mendiktisaintek tersebut mengindikasikan bahwa ada perubahan paradigma yang mungkin saja akan berdampak pada perubahan arah kebijakan pemerintah dalam menuntaskan masalah pendidikan.
Perspektif mendiktisaintek sejalan dengan temuan penelitian Subkhan (2023) yang menunjukkan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan desain kurikulum yang lebih berimbang –antara pengetahuan dan keterampilan– sehingga sesuai untuk mereformasi kurikulum yang ada yang terlalu menekankan keterampilan.
Pendidikan seharusnya tidak hanya menghasilkan tenaga terampil, tetapi juga mengubah masyarakat menjadi lebih demokratis, humanis, dan berkeadilan sosial. Begitu juga dengan pendidikan vokasi, tidak lagi menjadi mesin pencetak tenaga kerja untuk disodorkan kepada dunia industri.
Pendidikan vokasi pada era pemerintahan yang baru diharapkan dapat menjadi wadah dalam membekali lulusannya dengan keterampilan teknis, sekaligus kecakapan dalam berpikir dan berpengetahuan luas.
Hal itu menjadi penting untuk diperhatikan agar pendidikan vokasi tidak sekadar ”menelurkan” tenaga kerja, tetapi bisa pula membina lulusan agar menjadi wirausahawan, akademisi, dan pekerja sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pendidikan vokasi, khususnya di perguruan tinggi, diharapkan tak lagi berorientasi pada jumlah publikasi dan ketercapaian ranking dunia, tetapi akan banyak menghasilkan temuan penelitian dan inovasi yang berguna bagi masyarakat secara nyata.
Misalnya, agar selaras dengan program pemerintah yang menginginkan swasembada pangan dan energi, pendidikan vokasi dapat membantu menghasilkan karya tulis, inovasi, dan kajian yang dapat mendukung terciptanya swasembada pangan dan energi pada masa yang akan datang.
Kemampuan seperti itulah yang tampaknya akan memperoleh ”hati” dari pemerintah. (*)
*)Anwar Ma’ruf adalah dekan Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga, Surabaya