Tentu hal tersebut menjadi ranah partai politik. Lembaga politik yang memang didesain untuk bergerak di ranah itu. Pilar yang seharusnya menjadi penjaga demokrasi. Sebuah sistem politik yang menjadi pilar bagi jalannya tata kenegaraan dan pemerintahan. Parpol yang memang bertugas menjadi pencetak pemimpin politik dan penyalur aspirasi rakyat.
Saya tak pernah ingin menyalahkan rakyat sebagai sumber dari kecenderungan transaksionalisme politik itu. Sebab, di dalam masyarakat yang paternalistik seperti kita, keteladanan kepemimpinan adalah segalanya. Maka, elite politik yang harus menginisiasi atau memulai.
Dulu, ketika reformasi politik terjadi, saya membayangkan tatanan politik baru yang lebih maju akan terwujud dalam tiga kali pemilu. Namun, ternyata masih butuh waktu lebih lama lagi untuk itu. Rupanya, masih perlu dirumuskan kembali paradigma berpolitik kita. Tidak hanya berebut kuasa, tapi juga membangun peradaban politik yang lebih berbudaya.
Jadi, ke depan bukan hanya menggeregetkan kembali pilkada, tapi lebih memperadabkan berbagai proses politik kita. Agar keberadaan negara bangsa ini tetap terjaga. Ayo, kita bisa! (*)