Wakil Direktur RSUD Subang dr Syamsul Riza kepada wartawan mengatakan, kondisi Albi sangat tidak stabil saat tiba di rumah sakit. Antara pingsan dan siuman. ”Sehingga kami tidak bisa melakukan pemeriksaan menyeluruh karena pasien langsung tidak sadarkan diri. Penyebab kematian akan dipastikan melalui otopsi,” ungkapnya.
Setelah kematian Albi, wartawan mewawancarai Kepala SDN Jayamukti Kasim di kantornya. Kasim mengatakan, ”Kami baru tahu setelah seminggu, ketika korban sudah di rumah sakit. Itu pun dari laporan keluarga yang sempat berbicara dengan guru kelas.”
Dilanjut: ”Mungkin kejadiannya di luar sekolah yang bukan tanggung jawab kami.”
Jenazah Albi dari RSUD Subang dibawa polisi ke RS Bhayangkara Losarang, Indramayu, Jabar, untuk autopsi. Esoknya, Selasa, 26 November 2024, jenazah dikembalikan ke keluarga, tiba di rumah duka di Tegal Tangkil, Jaya Mukti, Kecamatan Blanakan, Subang. Kemudian, dimakamkan di TPU setempat, Selasa, 26 November 2024, pukul 10.30 WIB.
Pelayatnya banyak. Ada PJ Bupati Subang Imran yang mengikuti sejak dari kamar jenazah sampai memimpin doa di pemakaman. Hadir pula di pemakaman Kadisdikbud Nunung Nurhayati, Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu, Kasatreskrim Polres Subang AKP Gilang Indra Friyana Rahmat, dan jajaran muspika.
Setelah pemakaman itulah, Imran memutuskan untuk memecat Kepala SDN Jayamukti Kasim.
Imran: ”Saya sangat sedih dan berduka, sejak saya menjenguk pertama kali di ICU hingga saat ini di pemakaman ini. Anak seperti Albi calon generasi penerus bangsa ini harus mati sia-sia. Semoga Albi jadi penolong orang tuanya di surga kelak dan kasus ini saya minta tuntaskan oleh pihak kepolisian.”
Imran juga meminta para guru di sana menemukan tiga pelaku perundungan. ”Harus ditemukan untuk dimintai keterangan polisi.
Apabila pelaku perundungan tidak dapat ditemukan pihak sekolah, SDN Jayamukti tidak akan diizinkan untuk membuka PPDB (penerimaan peserta didik baru) pada tahun ajaran mendatang,” ujarnya.
Dilanjut: ”Hal ini tidak boleh terjadi di sekolah. Saya sudah sampaikan berulang kali. Pilih dua, kepala sekolah berhenti atau muridnya yang jadi pelaku dipindah.”
Dilanjut: ”Saya minta teman-teman korban dan pelaku bersaksi. Teman Albi harus ngasih tahu kepada petugas. Kepada polisi supaya diusut. Saya tidak akan pandang bulu. Siapa pun yang terlibat pasti saya proses.”
Kasatreskrim Polres Subang AKP Gilang Indra Friyana Rahman kepada wartawan mengatakan, pihaknya tengah memeriksa sejumlah saksi, termasuk keluarga korban, teman sekolah, dan pihak sekolah. ”Kami mengusut perkara ini secara transparan. Tapi, karena pelaku usia anak, ditangani sebagaimana proses hukum terhadap anak,” ungkapnya.
Dikutip dari American Psychological Association, lembaga psikologi yang berpusat di Washington DC, AS, berjudul How parents, teachers, and kids can take action to prevent bullying, disebutkan, pelaku perundungan anak-anak bisa siapa saja. Tidak ada tanda fisik khusus.
Disebutkan, pelaku adalah anak-anak dengan harga diri rendah. Anak jenis itu sering kali melakukan perundungan agar merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Anak-anak yang tampak populer dan disukai banyak teman dapat memiliki kecenderungan jahat. Perilaku jahat harus ditangani orang tua dan diberi hukuman.
Peneliti kasus perundungan dari AS, Prof Kathleen Stassen Berger, dalam karyanya berjudul Update on bullying at school: Science forgotten? (March 2007) menyebutkan, kasus perundungan di seluruh dunia meningkat drastis sejak 1990.
Dikatakan, penelitian tentang perundungan menunjukkan jumlah kasus perundungan meningkat secara drastis di seluruh dunia, dari hanya 62 citations (kutipan) di PsycINFO dari tahun 1900–1990, kemudian menjadi 289 kutipan pada tahun 1990-an, menjadi 562 kutipan dari tahun 2000–2004.