Kutipan adalah referensi ke suatu sumber. Tepatnya, ekspresi alfanumerik singkat yang disematkan dalam isi karya intelektual yang menunjukkan entri dalam bagian referensi bibliografi karya tersebut untuk tujuan mengakui relevansi karya orang lain dengan topik pembahasan di tempat kutipan tersebut muncul.
Prof Berger: ”Banyak hal telah dipelajari, termasuk bahwa perundungan memiliki banyak bentuk (fisik, verbal, relasional), lazim di setiap sekolah, dengan konsekuensi jangka panjang.”
Tidak diketahui bagaimana gen, orang tua, teman sebaya, nilai-nilai budaya, dan praktik sekolah berinteraksi untuk memengaruhi perundungan dan viktimisasi atau mengapa beberapa sekolah gagal mengurangi bahaya.
Banyak pelaku perundungan akibat salah didik dalam keluarga. Misalnya, anak yang di dalam keluarga sering diolok-olok anggota keluarga cenderung jadi pelaku perundungan di luar rumah. Ia seperti balas dendam.
Tapi, menurut Berger, banyak hal yang ikut berperan membentuk karakter perundung. Termasuk situasi yang memungkinkan terjadinya perundungan di sekolah. Misalnya, guru sering mengabaikan perundungan. Tidak diusut tuntas. Dengan begitu, pelaku merasa bahwa apa yang ia lakukan boleh dilakukan. Juga, kekurangan peralatan di sekolah. Tidak ada CCTV.
Di Indonesia, apalagi di SDN Subang, juga tidak ada CCTV. Dalam kasus Albi, pihak sekolah awalnya membantah terjadi perundungan di sekolah, yang berarti mengabaikan. Semoga kasus itu jadi pelajaran bagi kita semua. (*)