Ramadan Kareem 2025 (5): Bulan Distribusi

Rabu 05-03-2025,05:00 WIB
Reporter : Suparto Wijoyo *)
Editor : Guruh Dimas Nugraha

BACA JUGA: Khasanah Ramadan 2025 (4): Saatnya Berbagi

Mereka yang berpuasa saya yakini tidak ada yang kuatir tidak bisa takjil. Asal mau datang ke tempat ibadah, di masjid, di langgar, di musala, atau surau-surau kecil di kampung, insyaallah selalu tersedia makanan berbuka.

Dengan Ramadan ini berarti perekonomian berjalan. Silaturahmi semakin terbangun melalui undangan buka puasa bersama kolega, kerabat, sanak-saudara, termasuk tetangga, dan handai taulan.

Dengan ramainya ajakan buka bersama dan takjil yang diorganisir berarti ada gerakan perekonomian umat. Ini semua tentu ada anyaman pendapatan serta pemerataan kemakmuran yang sedang bergerak cepat melalui skema puasa Ramadan.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (23): Hari Esok Masjid

Produk-produk UMKM dan toko-toko atau lapak-lapak di setiap gang kampung halaman kota acapkali ramai orang membuka “tikar” jualannya. Terdapat matarantai produksi menuju distribusi.

Tetangga di gang-gang kampung yang sempit, yang selama ini tidak pernah berjualan, kini dengan datangnya Ramadan mencoba berjualan minuman dan gorengan. Alhamdulillah laku sesuai dengan espektasinya.

Harganya murah bukan karena mencari untung tetapi diniatkan juga membantu sesama anak negeri agar tidak jedah waktu membatalkan puasanya menungggu lama, selama dalam perjalanan pulang.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (27): Menuju Samudera Keluarga

Inovasi dan kreasi diri dari setiap keluarga kecil perkotaan kini bermuatan ekonomi. Nilai-nilai produksi diubah menjadi distribusi, sehingga ada gairah ekonomi rakyat. Ramadan menjadi forum tumbuhkembangnya perekonomian rakyat.

Tidak pakai program pemerintah dan anggaran negara. Tuhan hadir dengan ajaran Ramadan telah menunjukkan adanya instrumen pergerakan ekonomi umat, di tengah-tengah anggaran negara yang dipangkasi di sana sini.

Inilah konstruksi kesadaran mendistribusi harta benda atau milik pribadi untuk dapat dinikmati orang lain. Ini bagi saya adalah pengamalan ujaran Rasulullah Saw, yakni:

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (29): Memelihara Negara dari Desa

“Barangsiapa di antara kamu tidak sanggup menjaga diri dari api neraka, maka bersedekahlah walaupun hanya dengan sebiji kurma, dan barangsiapa yang tidak sanggup maka bersedekahlah dengan perkataan yang baik.’’ 

Hadis Riwayat Ahmad dan Muslim tersebut tentu dapat dimaknai untuk dapat berbagi minuman buat iftar, meski hanya sesendok teh hangat. Berhadiah-berhadiahan alias saling tukar hadiah sesama kita juga bagus adanya.

Terdapat riwayat lagi bahwa: “Dari Aisyah ra: Nabi Muhammad Saw pernah menerima hadiah dan beliau balas hadiah itu’’ Inilah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Dawud.

Kategori :